12 Anak Rimba Meninggal Akibat Hepatitis B
Editor
Linda novi trianita tnr
Rabu, 10 Agustus 2016 15:34 WIB
TEMPO.CO, Jambi - Dalam kurun waktu dua tahun terakhir terdapat 12 anak dari warga Rimba (Suku Anak Dalam) meninggal akibat terjangkit virus Hepatitis B. Mereka bermukim di kawasan pinggiran hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi.
Fasilitator Komunitas Konservasi Indonesia Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi) Rusli mengatakan hingga saat ini belum ada upaya dari pemerintah mengatasi persoalan tersebut. “Kami berharap ada langkah konkret dan menyeluruh untuk menangani kesakitan dan kematian orang rimba,” kata Rusli yang menjadi pendamping orang rimba itu, Rabu, 10 Agustus 2016.
Menurut dia, tindakan tersebut bisa berupa sosialisasi hidup sehat, pengobatan massal, mau pun pemberian vaksin dasar kepada tiap orang Rimba, terutama kelompok rentan seperti anak-anak. Belakangan ini, kata Rusli, virus Hepatitis B merenggut nyawa seorang anak rimba, Marengkuan. Bocah berusia 5 tahun itu menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi, setelah berjuang melawan komplikasi penyakit hepatitis, meningo encepaliti (radang otak), dan anemia berat.
Marengkuan adalah putra dari Bedinding, anggota kelompok Mangku Betangkai, dan Tumenggung Ngadap di Kasang Panjang, Sako Tulang Makekal Ilir Taman Nasional Bukit Dua Belas Tebo. Mereka harus menempuh empat jam dari Muara Tebo untuk mencapai rumah sakit. Marengkuan sempat menjalani perawatan medis sejak Ahad, 7 Agustus lalu, di Puskesmas Pintas, kemudian Rumah Sakit Umum Tebo, lalu dirujuk ke Rumah Sakit Raden Mattaher Kota Jambi. "Kondisinya sudah kritis waktu dibawa ke rumah sakit sampai akhirnya dinyatakan meninggal oleh pihak rumah sakit,” ujar Rusli.
Menurut Rusli, komunitasnya pernah mengadakan pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun Tebo, serta Kabupaten Batanghari untuk rencana pemberian vaksinasi terhadap bocah rimba. Namun, hingga kini belum terealisasi.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Andi Pada, mengklaim sudah memberikan pengobatan terhadap para penderita. "Kami hanya selaku koordinator dan sebatas membantu pengobatan. Yang memberi vaksinasi dinas kesehatan kabupaten," ujar Andi. Masalahnya, kata dia, dinas kesehatan kabupaten terkendala peralatan vaksinasi.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun, Adenan, menggklaim orang rimba di wilayahnya tak ada yang menderita hepatitis B. "Jujur kami bingung, dikatakan banyak penderita hepatiis B, tapi setelah dilakukan pemeriksaan tidak ada ditemui,” ujar Adenan. Dia mengatakan beberapa waktu lalu sudah mengadakan pengobatan massal. Bahkan, dinas kesehatan akan membangun puskesmas pembantu di kawasan permukiman orang rimba, Desa Pematangkabau, Kecamatan Airhitam, Kabupaten, Sarolangun.
SYAIPUL BAKHORI