Komisaris Jenderal Suhardi Alius. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius mengatakan sebagian besar orang yang tergabung dengan kelompok militan negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS di Indonesia berada di rentang usia belasan tahun.
"Paling banyak yang kena umur antara SMA, dan sekarang sudah naik ke mahasiswa," kata Suhardi ketika mengunjungi Tempo, di Jakarta, Rabu, 3 Agustus 2016. Namun, menurut Suhardi, secara statistik remaja yang tergabung dengan kelompok ISIS itu belum terdeteksi jumlah pastinya.
"Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia) mengatakan aliran radikal itu masuk ke sekolah-sekolah favorit. Kalau tidak mencari murid yang pintar, mereka mencari yang besar gaungnya," kata Suhardi.
Suhardi juga mengatakan brain wash masuk ke remaja di bawah usia SMA. "Keluarga harus mewaspadai anak-anaknya. Survei menunjukkan radikalisasi itu berkembang juga di ekstrakurikuler, di perkumpulan," kata pria yang dilantik Presiden Jokowi sebagai Kepala BNPT pada 20 Juli 2016.
Suhardi mengatakan lembaganya akan bekerja sama dengan lembaga pemerintah, antara lain untuk membenarkan kurikulum. "Dulu kita rasa aman, ada pelajaran pendidikan Pancasila. Anak sekarang kan harus diambil dulu simpatinya," katanya.
Pasalnya, kata dia, banyak anak-anak sekarang meninggalkan sejarah kebangsaan. "Sekarang kan orang sudah bermain dengan gadget, dan perangnya ISIS ini lewat IT (informasi dan teknologi). Tidak ada medannya. Hanya di daerah konflik itu," ucapnya.
Menurut Suhardi, jumlah warga negara Indonesia yang dideteksi berada di lokasi ISIS sekitar 600 orang. BNPT berencana membuat pos perwakilan untuk mendeteksi identitas mereka yang tergabung dengan ISIS. "Keluarganya bisa kita lacak di sini."
Untuk mengantisipasi teroris gaya baru yang sangat mudah membuat bom, Suhardi mengatakan anggotanya akan proaktif. "Lone wolf (serigala kesepian). Ini yang mesti diwaspadai. Makin masif bukan makin takut. Malah senang."
Adapun jumlah personel BNPT sekitar 200 orang. "Kalau yang mengelola 100-an, tapi pekerjaan besar ada di situ. Jadi kami sampaikan ke presiden bagaimana kementerian punya belonging terhadap program ini, punya kemauan untuk kerja bersama-sama, mengambil peran."
MARTHA WARTA | TIM TEMPO
Baca tulisan lengkapnya di rubrik Wawancara Majalah Tempo, edisi 9 Agustus 2016.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Bangbang Surono, A.k, M.M, CA., optimis BNPT mampu berperan dan berdampak dalam mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
26 Februari 2024
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
Executive Board Asian Moslem Network (AMAN) Indonesia, Yunianti Chuzaifah, menyoroti kaitan kaum perempuan Indonesia dengan terorisme tak hanya terjadi di ruang publik, melainkan juga di ruang domestik.