Pesawat Airbus A400M, salah satu calon pesawat pengganti C-130 Hercules TNI AU. Pesawat yang dikembangkan pada tahun 2003, menjadi jawaban atas kebutuhan pesawat angkut strategis bagi Uni Eropa. Pesawat A400M dirancang untuk dapat melakoni berbagai misi tempur, dan angkut logistik. militaryaircraft-airbusds.com
TEMPO.CO, Jakarta - Para petinggi Airbus Group tengah menyambangi Indonesia. Tujuan kedatangan mereka adalah memperkenalkan pesawat militer A400M kepada Indonesia melalui beberapa menteri.
“Kami datang untuk memperkenalkan A400M, pesawat militer pertama produksi Airbus,” ujar CEO Military Aircraft Airbus Defence and Space Fernando Alonso kepadaTempo dalam pertemuan terbatas dengan para pemimpin media, Kamis, 4 Agustus 2016.
Di Asia Tenggara, kata Alonso, Airbus telah menjual empat unit A400M ke Malaysia. Kini mereka tengah menjajaki kemungkinan penjualan ke Indonesia. Itu sebabnya, Alonso dan timnya dari Spanyol dalam tiga hari ini bertemu dengan sejumlah menteri.
Sejak kemarin, Airbus sudah menemui dua menteri, yakni Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto.
“Kami telah menemui Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno kemarin. Saya amat menghargai respons positif beliau terhadap kunjungan kami,” ucap Alonso.
Rencananya, pada Jumat, 5 Agustus 2016, Airbus akan menemui Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. “Kami akan bertemu dengan Menteri Pertahanan dan mengunjungi PT Dirgantara Indonesia di Bandung."
Alonso melanjutkan, Military Aircraft merupakan cabang bisnis Airbus yang berpusat di Spanyol. Hingga saat ini, Airbus telah menjual 174 pesawat militer pertama mereka. Mereka menargetkan penjualan 300 unit A400M. Karena itu, Airbus datang ke Indonesia untuk mempromosikan pesawat militer tersebut.
Keunggulan pesawat militer yang telah diluncurkan pada 2003 ini adalah dapat mendarat di landasan berjarak yang pendek. Adapun negara-negara yang sudah menggunakan pesawat ini antara lain, Malaysia, Turki, Mali, dan Prancis.
Saat ditanya soal harga, Alonso tak menyebutkan angka pasti lantaran harga bisa disesuaikan dengan permintaan desain dan kombinasi pesawat. Bila ada negara yang memesan, Airbus akan mengirimkan pesawatnya paling lambat 1,5 tahun dari penandatanganan kontrak.
Tanggapi Sanksi ke Pilot dan Kopilot Batik Air yang Tertidur Saat Penerbangan, Pengamat: Ada Risiko Sistemik
53 hari lalu
Tanggapi Sanksi ke Pilot dan Kopilot Batik Air yang Tertidur Saat Penerbangan, Pengamat: Ada Risiko Sistemik
Pengamat penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soejatman menilai sanksi yang diberikan kepada pilot dan kopilot Batik Air yang tidur saat penerbangan tidak cukup.