Aktivis Kritik Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua

Reporter

Editor

Budi Riza

Senin, 18 Juli 2016 18:14 WIB

Beberapa pemuda Papua mendatangi Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, 16 Juli 2016. Mereka meminta pemerintah dan kepolisian menghentikan sikap represif dan diskriminasi terhadap warga Papua. Tempo/Rezki Alvionitasari.

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan mengecam tindakan yang dilakukan polisi dalam kasus pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Yogyakarta pada Jumat, 15 Juli 2016. Pengepungan warga sipil di Asrama Mahasiswa Papua oleh polisi itu dinilai bukan hanya sekedar isolasi fisik, melainkan ada pula aspek sekunder.


Polisi diketahui menyetop bantuan makanan dari warga sekitar untuk orang-orang yang terkurung di dalam asrama. Penghuni asrama juga diperlakukan secara buruk ketika berusaha keluar dari asrama. “Banyak bukti foto dan video kepalanya ada yang diinjak dan terjadi kekerasan fisik,” kata Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan, Haris Azhar dalam konperensi pers di kantornya di Jakarta, Senin, 18 Juli 2016.

KontraS menilai pengepungan ini merupakan propaganda hitam seolah-olah etnis Papua memang sengaja membuat kekacauan sehingga polisi melakukan tindakan itu. “Padahal aksinya belum dilakukan. Mereka tidak melakukan hal yang masuk kategori tindak pindana,” kata Haris. Dia mengkhawatirkan adanya diskriminasi etnis karena identitas Papua dari para penghuni asrama itu. “Kalau rambut keriting, kulit hitam, dan mengritik negaranya, pasti ditangkap.”

Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar, menilai polisi menghambat proses demokrasi. Tindakan pengisolasian dan penganiayaan terhadap warga sipil asal Papua ini menunjukkan sikap otoriter polisi.

“Ini jauh dari sifat polisi sipil. Kita bukan polisi militeristik atau otoriter karena negara kita menganut demokrasi. Orang mau demo kok dihalangi?” kata dia dalam konferensi pers itu.

Bambang mengatakan dinamika dalam tubuh Polri seharusnya tidak menghambat jalannya demokrasi. Polri diminta mengubah kesan organisasi polisi yang militeristik, destruktif, dan otoriter menjadi polisi sipil berdasarkan kemanusiaan dan toleransi.

Perubahan manajemen sumber daya manusia polisi dan pengawasan terhadap kekuasan polisi juga perlu dilakukan agar tidak bermental korup dan tebang pilih. “Polisi itu kan bukan alat politik. Jangan lindungi pemerintah saja lalu rakyat dikesampingkan,” kata Bambang.

Keduanya berharap Kapolri, Tito Karnavian, yang baru dilantik, bersikap lebih bijaksana menghadapi hal sensitif seperti ini. “Pak Tito kan pernah kerja di Papua seharusnya bisa memahami secara kultural keadaan di sana,” kata Haris.

Keduanya juga meminta perbaikan polri menyeluruh dalam badan polri, seperti yang diperintahkan Presiden Jokowi pada saat pelantikan Kapolri kemarin. “Kalau Pak Jokowi minta ada perubahan menyeluruh kan artinya benar ada penyakit,” kata Bambang.


IQRA ARDINI | BUDI RIZA

Berita terkait

Peneliti BRIN: Otsus Papua Tidak Selesaikan Masalah

2 hari lalu

Peneliti BRIN: Otsus Papua Tidak Selesaikan Masalah

Otsus Papua bukan merupakan penyelesaian atau resolusi konflik Papua.

Baca Selengkapnya

Usman Hamid Sebut Pengesahan 3 RUU DOB Papua Penyelundupan Hukum

30 Juni 2022

Usman Hamid Sebut Pengesahan 3 RUU DOB Papua Penyelundupan Hukum

Direktur Eksekutif Amnesty Internastional Indonesia Usman Hamid mengkritik rencana pengesahan tiga RUU Otonomi Baru atau RUU DOB Papua hari ini.

Baca Selengkapnya

Langkah Jokowi Bahas DOB Papua dengan MRP Dianggap Sebagai Politik Pecah Belah

21 Mei 2022

Langkah Jokowi Bahas DOB Papua dengan MRP Dianggap Sebagai Politik Pecah Belah

Koalisi Kemanusiaan untuk Papua menilai Pemerintahan Presiden Jokowi melakukan politik pecah belah dengan melakukan pembahasan soal DOB dengan MRP.

Baca Selengkapnya

MRP: 20 Kewenangan di UU Otsus Papua Tak Dijalankan Negara

21 April 2022

MRP: 20 Kewenangan di UU Otsus Papua Tak Dijalankan Negara

MRP menilai masih banyak kewenangan dalam UU Otsus Papua yang tak dijalankan oleh negara.

Baca Selengkapnya

Rakor soal Papua, Ma'ruf Amin: Operasi Teritorial Ujung Tombak Kesejahteraan

15 Desember 2021

Rakor soal Papua, Ma'ruf Amin: Operasi Teritorial Ujung Tombak Kesejahteraan

Wapres Ma'ruf Amin menggelar Rapat Pendekatan Penanganan Papua Pasca UU Otsus Papua 2021 di Istana Wapres

Baca Selengkapnya

Majelis Rakyat Papua Sebut Warga Tak Ingin Ada Pemekaran Wilayah

9 Juni 2021

Majelis Rakyat Papua Sebut Warga Tak Ingin Ada Pemekaran Wilayah

Majelis Rakyat Papua menyatakan masyarakat membutuhkan pemenuhan hak-hak dasar.

Baca Selengkapnya

Kepala Bais Sebut Gangguan Keamanan untuk Setop RUU Otsus Papua

27 Mei 2021

Kepala Bais Sebut Gangguan Keamanan untuk Setop RUU Otsus Papua

Kepala Bais TNI curiga gangguan keamanan di Papua bertujuan untuk menghentikan pembahasan RUU Otsus Papua.

Baca Selengkapnya

Polisi Buru Satu Lagi Aktivis Papua yang Diduga Terlibat Kasus Pengeroyokan

4 Maret 2021

Polisi Buru Satu Lagi Aktivis Papua yang Diduga Terlibat Kasus Pengeroyokan

Kuasa hukum aktivis Papua mengungkap sejumlah keganjilan dalam kasus dugaan pngeroyokan saat demonstrasi otonomi khusus Papua di DPR itu.

Baca Selengkapnya

DPR Terbuka Bahas Revisi UU Otsus Papua Meski Ada Temuan Penyimpangan Dana

22 Februari 2021

DPR Terbuka Bahas Revisi UU Otsus Papua Meski Ada Temuan Penyimpangan Dana

Azis Syamsuddin mengatakan DPR terbuka terhadap revisi Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua yang diusulkan pemerintah

Baca Selengkapnya

Mabes Polri Sebut Ada Penyelewengan Pengelolaan Dana Otsus Papua

17 Februari 2021

Mabes Polri Sebut Ada Penyelewengan Pengelolaan Dana Otsus Papua

Mabes Polri menduga ada penyelewengan pengelolaan dana otsus Papua.

Baca Selengkapnya