Vaksin Palsu, Orang Tua: Tersangka Tak Berperikemanusiaan  

Sabtu, 16 Juli 2016 11:26 WIB

Ketua Forum Keluarga Vaksin Palsu Rumah Sakit Sayang Bunda, Bekasi, Teja Yulianto (kanan) memperlihatkan daftar vaksin palsu yang diterima dari pihak rumah sakit dalam diskusi Jalur Hitam Vaksin Palsu di Warung Daun, Cikini, Jakarta, 16 Juli 2016. Tempo/Rezki Alvionitasari.

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Forum Keluarga Vaksin Palsu Rumah Sakit Sayang Bunda Bekasi, Teja Yulianto, kecewa dengan pihak Rumah Sakit Sayang Bunda karena anaknya diduga diberi vaksin palsu sewaktu imunisasi. "Para tersangka tidak berperikemanusiaan kepada bayi," kata Teja dalam diskusi Polemik Sindo Trijaya FM “Jalur Hitam Vaksin Palsu” di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu, 16 Juli 2016.

Padahal tiap orang tua, kata Teja, berharap, vaksin bermanfaat bagi pertumbuhan anaknya. Ia bercerita bahwa anaknya telah delapan kali diberi vaksin di rumah sakit itu. "Dari bayi saya lahir sampai tuntas," ujarnya.

Setelah tahu RS Sayang Bunda masuk daftar penerima vaksin palsu, Teja langsung mendatangi klinik itu. "Tapi pihak rumah sakit terkesan menutup-nutupi semuanya," ucapnya.

Teja lalu membuat forum bersama para orang tua lainnya. Ia mengumpulkan data 78 anak yang kemungkinan diberi vaksin palsu. Jumlah ini kemungkinan bertambah.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan satuan tugas penanganan vaksin palsu tengah mengumpulkan data anak-anak yang terpapar vaksin palsu di 14 rumah sakit yang telah diumumkan tim satgas.
Menurut Maura, data ini akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan kesehatan. "Dicek apakah imunisasinya sudah tercapai. Kalau belum, diimunisasi ulang," katanya yang bergabung dalam diskusi lewat telepon. Ia mengatakan anak-anak akan diberi vaksin yang benar.

Maura menjelaskan, hasil uji laboratorium terhadap vaksin itu menemukan beberapa jenis vaksin palsu. Vaksin palsu tidak berisi kandungan vaksin, vaksin yang berisi vaksin lain alias berbeda dengan kemasannya, dan vaksin yang berisi vaksin hepatitis B. "Ada juga yang isinya sama, tapi kadarnya lebih rendah," tutur Maura.

Efeknya pun berbeda-beda. Vaksin yang tak berisi kandungan vaksin berarti tak ada efektivitasnya. "Kalau kadarnya kurang, tingkat kekebalannya kurang tercapai," ucap Maura.

Soedjatmiko, Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia, mengatakan vaksin palsu tak berdampak, asalkan pembuatannya steril. "Kalau ada kuman, bisa mengakibatkan demam, merah, atau bengkak," ucapnya. Vaksin asli pun sebetulnya bisa menimbulkan demam, merah, rewel, dan bengkak atau benjolan di bekas suntikan. "Namun 1-4 hari sudah hilang."

Adapun bayi yang mendapat vaksin palsu, kata Soedjatmiko, sebenarnya sama seperti tidak divaksin. Artinya, bayi itu tidak mendapat kekebalan. "Seyogianya dilanjutkan atau diulang, tapi ada perhitungannya," ujarnya.

REZKI ALVIONITASARI

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

3 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

6 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

12 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

12 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

22 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

39 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

40 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

59 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya