Tolak Razia Buku Kiri, Ketua Ikapi Yogya: Tidak Pancasilais  

Reporter

Minggu, 15 Mei 2016 15:24 WIB

Aliansi Aktivis Literasi memberikan pernyataan sikap bersama Stop pemberangusan buku, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 13 Mei 2016. Kegiatan razia buku tersebut dilakukan pemerintah untuk mencegah kebangkitan komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI). TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menolak razia atau sweeping buku, baik pada tingkat penerbit, percetakan, maupun pengecer di toko-toko buku. Terutama yang ditolak adalah razia buku yang dianggap oleh sekelompok orang memuat paham kiri.

"Yang merazia atau sweeping buku itu justru tidak Pancasilais," kata Ketua IKAPI Daerah Istimewa Yogyakarta Akhmad Fikri A.F., Minggu, 15 Mei 2016.

Bahkan Akhmad Fikri mengatakan ide-ide dalam Pancasila juga mengandung ajaran kiri. Seperti ide-ide atau kandungan dalam sila-sila, kemanusiaan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Namun Pancasila sebagai dasar negara sangat agamis jika dilihat dari sisi nilai-nilainya. "Pancasila itu sangat kiri jika dilihat dari kandungan dan gagasannya. Gagasannya juga sangat nasionalis," ujar Akhmad Fikri.

Razia buku oleh aparat keamanan maupun organisasi masyarakat sangat menyakitkan bagi para penerbit. Apalagi pemerintah masih minim kepedulian terhadap dunia perbukuan.

Soal buku yang isinya tentang sejarah komunisme di Indonesia, Akhmad Fikri mengatakan, juga tidak perlu dirazia atau diberangus. Apalagi di Internet pun sudah banyak konten yang mengutarakan sejarah-sejarah komunisme. "Komunisme di Indonesia sudah mati. Di negeri asalnya juga sudah mati," tutur Fikri.

Lalu, bagaimana jika konten buku itu provokatif dan cenderung fitnah? Ia menegaskan ada jalur hukum yang ditempuh, bukan malah memberangus keberadaan buku-buku semacam itu. "Justru yang perlu dirazia adalah organisasi yang menolak Pancasila sebagai dasar negara. Ada kan organisasi yang menolak Pancasila secara terang-terangan? Itu yang harus dilarang," ucapnya.

Selain itu, paham-paham radikal yang menelurkan banyak buku tersebut yang seharusnya dirazia. Sebab, ajaran tersebut sungguh sangat menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Sweeping buku itu sama saja dengan tindakan subversif dan tidak paham Pancasila," kata Fikri.

Ia menambahkan, siapa pun orang Indonesia yang tidak mau hormat kepada bendera Merah Putih dan tidak mengakui Pancasila sebagai dasar itulah yang harus dilarang. Bahkan ada yang mengatakan Pancasila tidak islami. Padahal penggalian Pancasila berdasarkan pokok-pokok ajaran agama, terutama agama Islam, yang bisa diamini oleh agama lain. "Mereka tidak tahu sejarah," ujarnya.

Soal buku yang dianggap kiri, Kejaksaan Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta menyita buku berjudul Sejarah Gerakan Kiri Indonesia untuk pemula. Sebuah toko buku di Shopping Center Yogyakarta memang menjual buku itu. Namun saat ini para pembeli sudah tidak banyak yang berminat membeli buku semacam itu. "Sekarang pembeli suka karya sastra Barat yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia," tutur Hafni, penjual buku di Shopping Center.

MUH SYAIFULLAH


Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

1 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

9 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

13 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

24 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

28 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

48 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

54 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

56 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

1 Maret 2024

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.

Baca Selengkapnya