Sejumlah peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) mengerjakan soal di kampus Universitas Hasanuddin Makassar, (12/6). Pendaftar di kampus unhas untuk jalur SNMPTN tahun ini mencapai 24.101 peserta. TEMPO/Hariandi Hafid
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meminta audit dilakukan dalam pendataan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Hal ini merupakan buntut dari tidak lolosnya semua siswa jurusan IPA di SMAN 3 Semarang. Anis menolak menyebut kegagalan itu karena sistem kredit semester (SKS).
Di seluruh Indonesia, ada 50 sekolah yang menggunakan SKS. Tujuh di antaranya ada di Jawa Tengah. Anis menuturkan semua sekolah itu tidak mengalami kendala, kecuali SMAN 3 Semarang. "Harus diaudit bagaimana cara memasukkan data. Kok bisa hanya satu sekolah ini yang bermasalah?" kata Anies di gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu, 11 Mei 2016.
Ratusan siswa SMAN 3 Semarang dilaporkan tidak lolos SNMPTN. Padahal, saat ujian nasional, mereka rata-rata lulus dengan nilai ujian tinggi. Wakil Kepala SMAN 3 Rosikin menyebut, pihaknya menerima pengaduan dari 380 anak yang semuanya berasal dari jurusan IPA. Hal ini tidak berlaku bagi jurusan lain, seperti IPS.
Anis menjelaskan, bila kegagalan tersebut terjadi karena sistem SKS, seharusnya semua sekolah yang menerapkan sistem yang sama mengalami masalah serupa. "Tapi kan cuma di satu sekolah itu saja,"
Menurut mantan rektor Universitas Paramadina ini, dalam pelaksanaan SNMPTN, semua sekolah memasukkan data siswa lewat sistem yang ada. Bila peristiwa seperti ini terjadi, audit terhadap proses entri data harus dilakukan. "Silakan tanya ke panitia SNMPTN, jangan ke saya,"
Anies menuturkan sudah meminta pihak bersangkutan memeriksa dan mengaudit proses tersebut sejak kemarin. "Apa ada data yang tidak lengkap? Apakah memasukkannya keliru? Itu semua pertanyaan yang harus dijawab," ujarnya.