Gunungkidul Imbau Nelayan Tak Nekat

Reporter

Selasa, 3 Mei 2016 02:25 WIB

Cuaca esktrim membuat sejumlah kapal nelayan tidak melaut di Pantai Depok, Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, 13 Februari 2016. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Gunungkidul mengimbau nelayan dan warga yang bekerja sebagai anak buah kapal, tak memaksakan diri melaut atau menumpang kapal lain jika melintasi perairan di wilayah-wilayah rawan.

“Kami imbau jangan memaksakan diri dan berhati-hati, agar tidak masuk wilayah perairan rawan,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Agus Priyanto, Senin 2 Mei 2016.

Agus mengatakan dari 500-an nelayan Gunungkidul, yang sebagian besar hanya mengoperasikan kapal motor tempel, kemungkinan melaut ke perairan yang jauh seperti negara lain cenderung tak memungkinkan.

Namun sejumlah nelayan memang tak jarang ikut melaut lebih jauh, jika menggunakan kapal-kapal lebih besar. “Untuk nelayan di daerah Gunungkidul melaut dan bermalam dua sampai tiga hari, biasanya sudah kembali karena mereka tak bisa melaut jauh,” ujarnya.

Kepala Seksi Tangkap Ikan Dinas Kelautan Perikanan Gunungkidul, Turdiyono, mengatakab aktivitas nelayan masih dapat terlacak dan dapat dikontrol melalui izin operasi melaut, yang hanya ada di kawasan laut yang disebut area “573”. “Untuk nelayan masih bisa dilacak. Yang susah dilacak, jika ada anak buah kapal menumpang kapal asing yang merekrut mereka,” ujarnya.

Nelayan Gunungkidul, ujar Turdiyono, hanya dapat melaut paling jauh ke perairan wilayah Trenggalek, Jawa Timur dan wilayah Pangandaran Jawa Barat. “ Meski pun musim paceklik ikan. Nelayan cenderung mencari di titik-titik perairan biasa yang mereka bisa lalui. Belum pernah ada laporan nelayan ikut kapal asing melalut,” ujarnya.

Sebanyak sepuluh anak buah kapal warga negara Indonesia, yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf, disandera sejak April lalu, dan akhirnya dibebaskan Minggu 1 Mei 2016.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Gunungkidul, Rujimanto, menuturkan selama ini para warga yang nekat menjadi ABK pencari ikan di luar tanpa jalur resmi ada dan biasanya karena desakan ekonomi. "Kalau menjadi ABK lokal penghasilan memang relatif sedikit. Jadi beberapa memang nekat keluar cari yang lebih menjanjikan," kata Rujimanto. Para ABK itu, bisanya masuk melalui agen penyalur tak resmi, yang sulit dilacak pemerintah.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

7 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

10 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

11 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

14 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

15 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

21 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

25 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

33 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

43 hari lalu

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

45 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya