DPR Minta Pemerintah Percepat Proses Pembebasan Sandera Abu Sayyaf  

Reporter

Kamis, 28 April 2016 04:34 WIB

Menlu Retno Marsudi usai memberikan keterangan media terkait perkembangan upaya pembebasan 10 WNI dari kelompok Abu Sayyaf di Jakarta, 5 April 2016. Pemerintah Indonesia diminta menunggu hingga 8 April 2016 untuk bernegosiasi mengenai penyanderaan awak kapal Brahma 12 ini. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Asril Hamzah Tanjung menyatakan kekhawatirannya dengan keselamatan 14 orang warga negara Indonesia yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di selatan Filipina. Kekhawatiran Asril mencuat seusai seorang sandera Abu Sayyaf asal Kanada, John Ridsdel, dipenggal kepalanya.

"Pemerintah terus diplomasi dengan Filipina. Sayangnya Filipina cuma iya-iya saja tapi belum ada perkembangan," kata Asril kepada Tempo di Gedung DPR, Jakarta, Rabu, 27 April 2016.

Sebanyak 14 warga negara Indonesia disandera kelompok Abu Sayyaf. Pada 26 Maret lalu, kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 dibajak. Kapal tersebut membawa muatan 7.000 ton batu bara dari Banjarmasin menuju Filipina. Sebanyak 10 awak kapal disandera. Kelompok Abu Sayyaf meminta uang tebusan 50 juta peso atau sekitar Rp 14,3 miliar.

Pada pertengahan April, kelompok Abu Sayyaf membajak kapal tunda Henry dan kapal tongkang Cristi yang tengah dalam perjalanan dari Cebu, Filipina, menuju Tarakan. Empat awak kapal disandera.

Asril meminta pemerintah lebih giat mencari jalan untuk membebaskan 14 warga Indonesia. Politikus Partai Gerakan Indonesia Raya itu pun mendorong pemerintah agar aktif melibatkan perusahaan pemilik kapal dalam negosiasi pembebasan sandera.

"Jika masih belum ada perkembangan, kami akan panggil Menteri Luar Negeri dan Kepala BIN. Kami ingin mereka jelaskan kenapa begitu lama proses pembebasan sandera," kata Asril.

Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi Partai Amanat Nasional Hanafi Rais meminta pemerintah lebih kreatif mencari cara pembebasan sandera. Pemerintah harus menyiapkan opsi lain yang tak menyertakan pemerintah Filipina. "Bisa dengan menggandeng pihak lain yang kenal dekat dengan Abu Sayyaf," katanya.

Menurut Hanafi, diperlukan bantuan pihak yang tahu seluk-beluk Abu Sayyaf. Sebab, kelompok bersenjata ini terdiri atas sejumlah sempalan yang tersebar di berbagai lokasi di Filipina. Bisa saja masing-masing sempalan Abu Sayyaf mengaku sebagai penyandera 14 warga Indonesia.

Baca Juga: Presiden Jokowi Masih Yakin Abu Sayyaf Mau Bebaskan Sandera

"Jangan sampai Indonesia bernegosiasi dengan kelompok yang salah," kata Hanafi. "Jadi pemerintah harus fokus identifikasi kelompok mana yang menyandera WNI."

Sedangkan anggota Komisi I dari Fraksi NasDem, Supiadin Aries Saputra, mengatakan TNI dalam kondisi siap tempur membebaskan sandera di Filipina. Meski begitu, Supiadin meminta pemerintah berpikir seribu kali sebelum mengerahkan kekuatan militer.

Pensiunan Mayor Jenderal TNI itu beralasan lokasi sandera berada di wilayah yang menyatu dengan masyarakat. Jadi akan sulit membedakan mana kelompok Abu Sayyaf dan masyarakat biasa. Jika operasi militer tetap dilakukan, Supiadin khawatir berpotensi tinggi melukai masyarakat sipil. "Pemerintah lebih baik segera mencari jalur negosiasi," kata Supiadin.

Simak Pula: Tangis Keluarga Korban: Abu Sayyaf, Jangan Siksa Anak Kami

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan rencananya bertemu dengan Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia dan Filipina pada 5 Mei mendatang. Sayangnya, Gatot enggan menceritakan detail apa saja yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut. "Kami akan bicarakan lebih lanjut sial patroli terkoordinasi," kata Gatot, Senin lalu.

INDRA WIJAYA

Berita terkait

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

5 jam lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

18 jam lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

23 jam lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: ICC akan Proses Langkah Hukum Lebanon Melawan Israel

1 hari lalu

Top 3 Dunia: ICC akan Proses Langkah Hukum Lebanon Melawan Israel

Top 3 Dunia pada 28 April 2024, ICC akan memproses langkah hukum yang disorongkan Lebanon melawan Israel atas tuduhan kejahatan perang.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Israel Gelar Unjuk Rasa Usai Hamas Rils Video Sandera

2 hari lalu

Ribuan Warga Israel Gelar Unjuk Rasa Usai Hamas Rils Video Sandera

Ribuan warga Israel menuntut dilakukannya pemilhan umum dini dan meminta agar sandera dibebaskan menyusul video yang dilansir Hamas.

Baca Selengkapnya

Hamas Kesal Diminta Bebaskan Sandera, tapi Genosida pada Warga Sipil Gaza Diabaikan

2 hari lalu

Hamas Kesal Diminta Bebaskan Sandera, tapi Genosida pada Warga Sipil Gaza Diabaikan

Hamas bingung ditekan untuk membebaskan sandera warga negara Israel, namun dunia tampak tutup mata pada genosidan di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kepala Intelijen Mesir Pimpin Delegasi ke Israel, Khawatir Serangan Darat ke Rafah

3 hari lalu

Kepala Intelijen Mesir Pimpin Delegasi ke Israel, Khawatir Serangan Darat ke Rafah

Rencana serangan Israel ke Kota Rafah di Gaza yang berbatasan dengan Mesir dapat menimbulkan bencana bagi stabilitas regional

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

3 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

4 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

4 hari lalu

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

Pasca-putusan MK, pasangan Prabowo-Gibrang resmi ditetapkan KPU sebagai pemenang pemilu. Sumpah jabatan mereka akan diikrarkan pada Oktober 2024.

Baca Selengkapnya