TEMPO.CO, Padang - Aidil, ayah Wendi Rakhadian, satu dari 12 korban penyanderaan yang dilakukan kelompok militan pimpinan Abu Sayyaf, selalu cemas dengan nasib anaknya. Sudah satu bulan penyanderaan oleh kelompok militan Abu Sayyaf berlangsung di perairan Sulu, Filipina.
Wendi dan sebelas orang anak buah kapal Brahma 12 berada dalam cengkeraman kelompok militan Abu Sayyaf sejak 26 Maret 2016. Namun, hingga saat ini, Aidil dan keluarganya di Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, belum juga mendapat kepastian ihwal nasib para sandera.
Ditemui Tempo di rumahnya, Selasa, 26 April 2016, Aidil mencurahkan sejumlah pesan, yang diharapkannya dapat disampaikan kepada Abu Sayyaf sebagai pemimpin kelompok militan itu. “Kami mohon, anak kami jangan disakiti, jangan disiksa,” ujarnya.
Aidil juga meminta Abu Sayyaf segera melepaskan Wendi dan para sandera lainnya. Abu Sayyaf diminta mengembalikan mereka ke Indonesia dalam keadaan selamat. “Wendi bisa kembali ke Padan karena kami terus menunggunya,” ucapnya.
Baca: Jokowi Tetap Tolak Bayar Uang Tebusan Sandera Abu Sayyaf
Aidil, yang bekerja sebagai pegawai Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh, Kota Padang, meminta Abu Sayyaf memberikan anaknya makan dan minum setiap hari. Dia memohon kondisi kesehatan Wendi tetap terjaga. "Kami di sini bisa makan apa saja. Tapi Wendi di sana entah makan atau tidak. Itu yang menjadi pikiran bagi kami dan keluarga," tutur Aidil sembari meminta kesadaran Abu Sayyaf agar memikirkan perasaan khawatir keluarga para sandera.
Aidil mengatakan ia setiap hari selalu memikirkan kondisi anaknya yang berada di lokasi penyanderaan. Ia tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berdoa untuk keselamatan Wendi. “Orang tua dan keluarga sandera lainnya juga pasti selalu khawatir.”
Baca juga:
Tamara Bleszynski Bertemu Penjambaknya, Inilah yang Terjadi
Pamer Pacar Baru, Derby Romero: Aku Pria Paling Beruntung
Aidil sangat berharap tidak terjadi baku tembak antara aparat TNI dan kelompok Abu Sayyaf dalam membebaskan para sandera. Itu sebabnya, selain meminta kesadaran Abu Sayyaf, Aidil mendesak PT Patria Maritime Lines, operator Kapal Brahma 12, secepatnya melakukan langkah penyelamatan terhadap sandera. “Kalau perusahaan harus memberikan uang tebusan, segeralah diberikan,” katanya.
Aidil mengatakan Wendi bekerja di perusahaan itu secara resmi. Maka, PT Patria Maritime Lines harus bertanggung jawab terhadap keselamatan para anak buah kapalnya. “Solusinya, perusahaan harus segera membayar uang tebusan,” ucapnya.
Aidil juga mendesak pemerintah Indonesia segera bersikap menyelamatkan anaknya serta para sandera lain. Kalau memang uang tebusan menjadi kewajiban perusahaan, pemerintah harus mendesak perusahaan secepatnya merealisasikannya.
“Kami tidak ingin terjadi baku tembak dalam upaya pembebasan para sandera, yang justru bisa mengancam keselamatan mereka,” ujar Aidil.
ANDRI EL FARUQI