Walhi: Moratorium Reklamasi Sebatas Retorika Politik  

Reporter

Sabtu, 23 April 2016 15:13 WIB

Ratusan warga melakukan penyegelan Pulau G, Muara Angke, Jakarta, 17 April 2016. Ribuan nelayan di Muara Angke menggelar aksi menolak kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait reklamasi Teluk Jakarta. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Moestaqiem Dahlan mengapresiasi keputusan pemerintah lewat Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli yang akhirnya menghentikan pembangunan atau moratorium reklamasi di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk di Teluk Jakarta. Namun, moratorium saat ini masih bersifat sebatas tindakan politik karena tidak ada proses hukum bagi perusahaan yang melanggar aturan.

"Kalau tidak ada upaya penegakan hukum di situ, ini hanya akan sekedar menjadi bancakan dan hanya sebagai rezeki kuping (telinga) saja," kata Dahlan di Warung Daun, Sabtu, 23 April 2016.

Dahlan menyebutkan dalam moratorium reklamasi jangan sekadar dijadikan bancakan politik tapi harus ada tindakan hukum. Selama ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan pelanggaran dengan mengeluarkan izin kepada pengembang padahal untuk reklamasi sementara peraturan daerah, izin lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) yang memasuki daerah Banten, DKI Jakarta, dan Bekasi sebagai kawasan strategis nasional juga belum diatur.

Baca: Kalla Setuju Reklamasi Teluk Jakarta Dihentikan Sementara

"Selama ini saya kira ada pelanggaran yang harus ada tindakan. Misalnya pemerintah menggugat perusahaan atau korporasi yang melakukan perusakan lingkungan," kata Dahlan.

Pelanggaran lain adalah material yang digunakan untuk reklamasi material curian, salah satunya diambil dari Banten. Kalau tidak ada tindakan hukum dan dibiarkan terus-menerus, akan terjadi kerusakan lingkungan asalnya. Bila hasil curian tersebut kemudian dijual dalam bentuk lahan reklamasi, Dahlan menyebut pembeli tak lain hanya sebagai penadah.

Simak Juga: Moratorium Reklamasi, Nelayan Tanam Bakau di Teluk Jakarta

Dahlan menambahkan, banyak kerugian ekologi yang ditanggung masyarakat. Korporasi harus bertanggung jawab. Bahkan nelayan mengancam jika reklamasi merusak tatanan nelayan, jangan salahkan mereka jika melakukan apa yang tidak dilakukan pemerintah. "Harus ada upaya penegakan hukum," katanya.

Dahlan menyebutkan sebetulnya penghentian pembangunan reklamasi sudah memiliki payung hukum yang kuat. Pasalnya, banyak dukungan, antara lain dari DPR, DPRD, Kemenko Maritim, dan Wakil Presiden. "Ada payung hukum yang sudah jelas. Ketika ini dikatakan stop reklamasi, tapi tetap ada pencurian pasir maka ini kesalahan besar. Negara ini dilecehkan oleh korporasi," tuturnya.

LARISSA HUDA

Berita terkait

Kilas Balik Hari Daur Ulang Sedunia

44 hari lalu

Kilas Balik Hari Daur Ulang Sedunia

Hari Daur Ulang Sedunia ini juga meningkatkan kesadaran akan daur ulang sebagai sebuah ide dan konsep yang penting.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Walhi Ingatkan Dampak Negatif Migrasi Penduduk ke IKN, Garuda Masuk InJourney Bulan Depan

55 hari lalu

Terkini Bisnis: Walhi Ingatkan Dampak Negatif Migrasi Penduduk ke IKN, Garuda Masuk InJourney Bulan Depan

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengingatkan potensi kerusakan lingkungan imbas migrasi penduduk ke Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran Menang, Walhi: Perlu Oposisi Kuat Demi Kebijakan Pro-Lingkungan

17 Februari 2024

Prabowo-Gibran Menang, Walhi: Perlu Oposisi Kuat Demi Kebijakan Pro-Lingkungan

Organisasi masyarakat sipil khawatir Prabowo-Gibran melanjutkan program Jokowi yang dinilai merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Faisal Basri Sebut Sri Mulyani Paling Siap Mundur dari Kabinet, KNKT Didesak Transparan Soal Kecelakaan Kereta

17 Januari 2024

Terpopuler: Faisal Basri Sebut Sri Mulyani Paling Siap Mundur dari Kabinet, KNKT Didesak Transparan Soal Kecelakaan Kereta

Berita terpopuler hari ini mencakup Faisal Basri yang menyebut Sri Mulyani paling siap mundur dari Kabinet Jokowi.

Baca Selengkapnya

Media Asing Soroti Kecaman WALHI ke PT Astra Agro Lestari

28 November 2023

Media Asing Soroti Kecaman WALHI ke PT Astra Agro Lestari

PT Astra Agro Lestari dikritik oleh kelompok lingkungan hidup WALHI.

Baca Selengkapnya

Catatan Walhi Terhadap Proyek Rempang Eco City dan Bentrok di Seruyan

9 Oktober 2023

Catatan Walhi Terhadap Proyek Rempang Eco City dan Bentrok di Seruyan

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia memberikan tanggapan kritis terhadap proyek Rempang Eco City dan konflik di Seruyan.

Baca Selengkapnya

Penanganan Kebakaran TPA Sampah Sarimukti Lambat, Walhi Jabar Pertanyakan SOP

25 Agustus 2023

Penanganan Kebakaran TPA Sampah Sarimukti Lambat, Walhi Jabar Pertanyakan SOP

Walhi Jawa Barat menilai penanganan kebakaran di tempat pembuangan akhir sampah atau TPA di Sarimukti Kabupaten Bandung Barat lambat.

Baca Selengkapnya

Kata Walhi dan Greenpeace saat Diajak KKP Gabung Jadi Tim Kajian Ekspor Pasir Laut

2 Juni 2023

Kata Walhi dan Greenpeace saat Diajak KKP Gabung Jadi Tim Kajian Ekspor Pasir Laut

Walhi dan Greenpeace buka suara soal ajakan KKP gabung jadi tim kajian ekspor pasir laut. Apa kata mereka?

Baca Selengkapnya

Walhi Desak Pemerintah Cabut Izin Perusahaan Surya Darmadi

24 Februari 2023

Walhi Desak Pemerintah Cabut Izin Perusahaan Surya Darmadi

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) meminta Kementerian ATR/BPN mengevaluasi dan mencabut izin perusahaan Surya Darmadi.

Baca Selengkapnya

Walhi Ajak Pilih Pemimpin Peduli Lingkungan

31 Januari 2023

Walhi Ajak Pilih Pemimpin Peduli Lingkungan

Ekonomi nusantara bisa menjadi solusi untuk menjawab dua krisis besar saat ini yaitu ketimpangan dalam kesejahteraan dan krisis lingkungan.

Baca Selengkapnya