UMY Beri Gelar Doktor Kehormatan Mahathir Mohammad

Reporter

Editor

Zed abidien

Kamis, 17 Maret 2016 18:31 WIB

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Bambang (kiri), bersama Ahmad Syafi'i Ma'arif (tengah), memberikan tanda gelar Doktor Honoris Causa bidang perdamaian dan Islam kepada Tun Mahathir Mohamad (kanan) di Sportarium UMY, Yogyakarta, 17 Maret 2016. Ini merupakan kelar Honoris Causa ke-46 bagi Tun Mahatir Mohamad. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Yogyakarta - Mantan Perdana Menteri Malaysia Periode 1981-2003, Tun Dr. Mahathir Mohammad menerima gelar doktor honoris causa di bidang perdamaian dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Kamis, 17 Maret 2016. UMY memberikan gelar kehormatan itu kepada Mahathir untuk mengapresiasi upayanya dalam mengampanyekan seruan antiperang dalam 10 tahun terakhir.

"Anugerah ini bentuk pengakuan dari gerakan Muhammadiyah terhadap kampanye antiperang yang sudah saya mulai sejak 2005," kata Mahathir seusai menerima penghargaan itu di UMY.

Sejak tidak lagi menjadi pemimpin pemerintahan di Malaysia, Mahathir memang aktif dalam gerakan perdamaian dunia. Dia telah menginisiasi pendirian sebuah organisasi yang aktif mengampanyekan isu perdamaian dan antiperang bernama The Perdana Global Peace Foundation pada akhir 2005.

Mahathir mengatakan selama ini dia berupaya menyebarkan gagasan penghentian perang sebagai metode penyelesaian konflik antar negara. Menurut dia pelaku dan penyulut peperangan layak untuk diganjar hukuman karena telah melakukan pembunuhan secara massal. "Membunuh satu orang saja itu kriminal, apalagi membunuh jutaan manusia," kata Mahathir.

Dia mengaku menyadari kampanyenya ini bisa sulit diterima oleh publik dunia sekarang. Selama ini, menurut Mahathir, penguasa yang memenangkan peperangan justru tercatat sebagai tokoh terhormat dalam sejarah. Padahal, kebesaran namanya didapat dari serangkaian aksi pembunuhan.

Meskipun demikian, Mahathir optimistis seruan perdamaian dan menjadikan pelaku perang sebagai kriminal suatu saat nanti akan didengar oleh publik dunia. Dia menganalogikan idenya dengan fenomena perbudakan, yang legal sekaligus halal secara agama di masa lampau, tapi sekarang dilarang di hampir semua negara di dunia. "Mungkin ide kriminalisasi pelaku perang bisa diterima dalam 100 atau 200 tahun lagi," kata dia.

Promotor pemberian gelar kehormatan bagi Mahathir, Bambang Cipto menilai gagasan antiperang layak mendapat dukungan semua publik dunia saat ini. Rektor UMY tersebut mengatakan kampusnya memberikan dukungan terhadap Mahathir karena isu penghentian perang bukan masalah sederhana. "Mahathir menyadari efek besar peperangan, sementara hambatan kriminalisasi perang rumit," kata Bambang.

Pemberian gelar kehormatan ke Mahathir tersebut telah disetujui oleh semua anggota Senat UMY. Keputusan itu juga telah direkomendasikan oleh Tim Penilai Akademik Senat UMY yang terdiri dari lima guru besar yakni Bambang Cipto, Tulus Warsito, Ichlasul Amal, Syamsul Anwar dan Heru Kurnianto Tjahjono.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Berita terkait

Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

12 jam lalu

Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

Emmanuel Macron mengutuk blokade oleh demonstran pro-Palesitna yang menutup pintu-pintu gerbang masuk ke universitas.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

2 hari lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

3 hari lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

3 hari lalu

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

Kepolisian Philadelphia menolak permintaan Universitas Pennsylvania untuk membubarkan paksa perkemahan mahasiswa pendukung demo Palestina

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

3 hari lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

4 hari lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

7 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

9 hari lalu

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

Program USAID ini untuk mempertemukan pimpinan universitas, mitra industri, dan pejabat pemerintah

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

10 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya