Peneliti: Indonesia Butuh Gerakan Sosial Melawan Hate Speech

Reporter

Rabu, 16 Maret 2016 23:03 WIB

Ilustrasi Twitter. REUTERS/Kacper Pempel

TEMPO.CO, Yogyakarta -- Peneliti Center for Religious & Cross-Cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Iqbal Ahnaf menyatakan Indonesia membutuhkan gerakan sosial untuk melawan merebaknya ujaran kebencian atau hate speech.


Menurut dia maraknya ujaran kebencian, yang menyudutkan kelompok agama tertentu, minoritas dan ras, bertambah mengkhawatirkan. Sebabnya, ujaran kebencian memicu serangkaian aksi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia selama 15 tahun terakhir.

"Hate speech semakin banyak muncul di ruang publik dan internet," kata Iqbal dalam diskusi "Hate speech, Hukum Media dan Prinsip Kebebasan" di Pusat Studi HAM (Pusham) Universitas Islam Indonesia (UII) pada Rabu, 16 Maret 2016.

Iqbal menuturkan ujaran kebencian kini terus muncul untuk menyudutkan kelompok agama, ras, etnis dan minoritas. Ujaran kebencian ini kerap tersebar dalam bentuk kalimat dehumanisasi dan demonisasi. Ujaran yang merendahkan derajat kemanusiaan seseorang atau kelompok tersebut memobilisasi kebencian dan mendorong kekerasan. "Provokasi eksplisit untuk menggalang aksi kekerasan ke kelompok tertentu berdasar isu agama atau ras juga semakin banyak dan dinyatakan secara terbuka," kata dia.

Sayangnya, menurut dia, sulit berharap pada tindakan negara untuk membatasi perluasan ujaran kebencian. Selama ini memang ada sejumlah pasal di KUHP, UU Informasi dan Transaksi Elektronik serta UU Ormas yang mengancam hukuman pidana bagi penyebar kebencian.

Akan tetapi, Iqbal khawatir penegakan hukum secara keras itu memunculkan beragam risiko mengingat definisi ujaran kebencian yang luas. Di antara risikonya bisa banyak kasus salah tangkap atau malah memunculkan resistensi berupa radikalisasi dari kelompok intoleran. "Apalagi aparat hukum selama ini tampak lemah dalam menyikapi fenomena hate speech yang jelas mengarah pada mobilisasi aksi kekerasan ke kelompok lain," kata Iqbal.

Dia menilai fenomena ujaran kebencian di Indonesia saat ini merupakan gejala yang kerap muncul di masyarakat demokrasi pascaruntuhnya rezim otoriter. Penyebabnya adalah adanya perubahan mendadak berupa penguatan masyarakat sipil dan pelemahan pengaruh negara. "Karena itu solusi pencegahan pengaruh hate speech bukan dengan mengundang lagi represi dari negara ke masyarakat," kata dia.

Gerakan sosial untuk melawan ujaran kebencian sebenarnya telah ada contohnya di dunia internasional. Iqbal mencontohkan sejumlah aktivis antikonflik di Eropa membangun situs www.nohatespeechmovement.org untuk melaporkan secara rutin aneka jenis ujaran kebencian berbahaya yang muncul di media dan ruang publik.

Bentuk gerakan lain, dia mengimbuhkan, bisa dipraktikkan dalam bentuk mendorong ada pembatasan ruang penyebaran ujaran kebencian di institusi-institusi publik. Ruang-ruang publik itu bisa di lembaga pendidikan, tempat ibadah dan media komunikasi. "Facebook dan Twitter sudah melakukannya seperti melarang ada pengunggahan materi propaganda Islamic State (ISIS)," kata dia.

Di tempat yang sama, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Anang Zakaria menambahkan komunitas pers perlu terlibat di gerakan untuk melawan penyebaran ujaran kebencian. Dia mengeluhkan keberadaan media-media online baru yang muncul dengan mayoritas konten memuat ujaran kebencian ke kelompok lain. "Mayoritas media-media itu melanggar kode etik jurnalistik dan terindikasi abal-abal," kata dia.

Sementara itu, Direktur Pusham UII, Eko Riyadi mendesak media massa ikut terlibat mencegah penyebaran ujaran kebencian dengan menerbitkan berita-berita bermuatan perpektif resolusi konflik. Menurut dia media massa di Indonesia juga perlu lebih aktif mengampanyekan perspektif pentingnya pemenuhan hak-hak kwargaan semua kelompok masyarakat di semua kasus konflik.


"Negara bisa pula terlibat membatasi hate speech, tapi perlu syarat ketat, yakni dilakukan sesuai prinsip demokrasi, berdasar undang-undang dan alasan yang jelas," tutur dia.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

1 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

9 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

13 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

24 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

28 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

48 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

52 hari lalu

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

Kerja sama melibatkan sejumlah fakultas di UGM.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

54 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

56 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

1 Maret 2024

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat

Baca Selengkapnya