Earth Hour, Lampu Candi Prambanan dan Borobudur Dimatikan

Reporter

Selasa, 15 Maret 2016 18:20 WIB

Cahaya lampu yang menghiasi candi Borobudur sebelum penerbangan lampion saat merayakan pergantian tahun 2014-2015 di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 1 Januari 2015. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Candi Prambanan dan Borobudur akan menjadi pusat kegiatan Earth Hour 2016 pada Sabtu, 19 Maret 2016 Nanti. Kegiatan ini ditandai dengan mematikan lampu dan alat elektronik selama satu jam, yakni mulai pukul 20.30-21.30 waktu setempat. “Kedua candi itu akan jadi simbol pengurangan emisi gas rumah kaca,” kata Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia Nyoman Iswarayoga di Yogyakarta Selasa, 15 Maret 2016.

Direktur Operasional PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Retno Hardiasiwi, mengatakan dibandingkan Candi Borobudur, penggunaan lampu di Candi Prambanan memakan biaya listrik yang lebih besar. “Borobudur jarang digunakan, paling kalau ada acara dinner,” katanya.

Retno menjelaskan biaya listrik untuk lampu Candi Prambanan membutuhkan ongkos Rp 750 ribu per jam. Di Prambanan lampu dinyalakan tiga kali dalam waktu seminggu selama dua jam. Direktur Pemasaran PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Ricky Siahaan mengatakan gerakan Earth Hour meski dilakukan sejam mampu menekan biaya penggunaan listrik.

Ricky menambahkan, puncak perayaan hanya dilakukan di Candi Borobudur dengan berbagai pertunjukkan, sementara di Prambanan ditandai dengan mematikan lampu saja. Gerakan Earth Hour pertama kali dilakukan pada 2007 di Sidney Australia. Indonesa memulai pertama kali pada 2009, dan Yogyakarta mengikuti pada 2010 bersama dengan empat daerah lainnya di Indonesia. Tercatat pada 2015, 1,5 miliar penduduk bumi mengikuti gerakan ini, sedangkan di Indonesia diikuti 1,5 juta orang pada 2014.

Selain di Candi Borobudur dan Candi Prambanan, 37 kota terdaftar mengikuti gerakan ini dengan menggelar acara di 70 ikon yag berada di kota atau daerah masing-masing, misal pusat kota atau tugu kota. Simbolisasi tanpa listrik selama satu jam diharapkan menjadi komitmen nyata mengurangi emisi gas rumah kaca.

Meski demikian, Iswarayoga tidak ingin Earth Hour mengurangi kenyamanan masyarakat. Toko-toko, kata dia tidak perlu mematikan seluruh lampunya jika khawatir soal keamanan, melainkan dapat mematikan alat elektronik atau lampu yang tidak digunakan. Perayaan ini dianggapnya mirip dengan meniup lilin saat ulang tahun, perbedaannya bentuknya diganti dengan mematikan lampu selama satu jam.

Nyoman mengklaim kegiatan mampu memberikan dampak dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya mulai bermunculan gerakan pecinta lingkungan dan kebersihan, termasuk meminimalkan sampah. Bagi yang ingin berpartisipasi dalam Earth Hour 2016 melalui media sosial twitter dapat memasang gambar profil yang dapat diunduh di earthhour.org/climatechange.

SWITZY SABANDAR

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

2 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

10 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

14 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

25 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

27 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

29 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

49 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

55 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

57 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

59 hari lalu

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.

Baca Selengkapnya