Warga membawa poster bertuliskan tuntutan saat berunjuk rasa menolak pengeboran sumur baru Lapindo Brantas di Desa Kedungbanteng, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, 11 Januari 2016. Presiden Lapindo Brantas Tri Setia Sutisna mengatakan sumur yang bakal dibor kali ini hanya pindah titik dan masih berada di area milik perusahaan. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Sidoarjo -Warga Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, kembali menegaskan penolakannya terhadap rencana pengeboran sumur baru Lapindo Brantas Inc di desa tersebut. Pernyataan sikap menolak itu dicantumkan dalam poster yang disebarkan dan ditempelkan di setiap rumah.
Koordinator warga, Suyanto, 40 tahun, mengatakan penegasan penolakan itu dilakukan menyusul bocornya jaringan pipa gas milik Lapindo Brantas Inc. "Apalagi lokasinya tak jauh dari rencana pengeboran sumur baru," ucapnya, Senin, 14 Maret 2015.
Suyanto, yang rumahnya bersebelahan dengan lokasi kebocoran pipa gas, trauma dengan insiden yang terjadi pada Jumat, 11 Maret 2016, tersebut. Warga panik. “Sebagian orang berhamburan keluar setelah mengetahui adanya letupan api yang keluar dari tanah,” ujarnya. Karena itu, menurut Suyanto, dia bersama warga RT 3 RW 2 Desa Kedungbanteng menempel poster itu.
Vice President Public Relations Lapindo Brantas Inc Hesti Armiwulan enggan berkomentar banyak ihwal penolakan warga tersebut. "Kami akan lihat perkembangannya," tutur Hesti.
Awal Januari 2016, Lapindo Brantas Inc menguruk tanah untuk persiapan pengeboran sumur baru di dekat sumur Tanggulangin 1. Lokasinya tak jauh dari tempat bocornya pipa gas. Pengeboran ditunda setelah penduduk sekitar sumur memprotesnya.