Plres Sleman sita sejumlah botol minuman keras. Tempo/Syaifullah
TEMPO.CO, Yogyakarta - Masih mau minum minuman beralkohol oplosan? Sudah banyak orang tumbang dan tewas akibat minuman setan itu. Di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa hari ini, 25 orang tewas akibat minuman keras itu. Dua hari lalu, korban meninggal dunia baru tercatat 13 orang.
"Minuman dioplos dengan etanol," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Sleman Ajun Komisaris Sepuh Siregar, Minggu, 7 Februari 2016. Mayoritas dari mereka yang tewas akibat minuman ini adalah mahasiswa dari luar Yogyakarta. Hanya sebelas warga asli Yogyakarta yang meninggal dunia akibat minuman itu.
Mereka meminum minuman keras oplosan bersama-sama di tempat berbeda. Mahasiswa berpesta minuman keras di asrama mereka. Polisi telah menetapkan penjual minuman oplosan sebagai tersangka, yaitu suami-istri SK dan SB, pedagang minuman tersebut di Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. "Pedagang itu tidak hanya menjual, tapi juga mengoplos."
Minuman yang mereka konsumsi untuk pesta itu sebenarnya mengandung etanol 96 persen. Ada dua jenis minuman tersebut. Pertama, sari vodka dengan bahan utama etanol 50 persen dan air 50 persen. Kedua, arak dengan bahan utama etanol 15-20 persen, air, sari manis, sitrun, dan perasa buah.
Harganya hanya Rp 25 ribu per botol vodka. Sedangkan arak dihargai Rp 15 ribu per botol. Namun akibatnya adalah nyawa melayang.
Selain dua tersangka itu, dua orang lain ditangkap polisi, yaitu MT dan PY, warga Desa Margoluwih, Kecamtan Seyegan, Sleman. Pasangan suami-istri itu menjual minuman keras, tapi korban yang meminumnya mengoplos sendiri.
Menurut Ajun Komisaris Besar Yulianto, Kepala Kepolisian Resor Sleman, sampel minuman keras ini dikirim ke laboratorium forensik kepolisian serta Balai Pengawasan Obat dan Makanan untuk diketahui secara pasti kandungan dalam minuman ini. Sampel urine dan darah korban juga dikirim ke laboratorium forensik.