Foto detik-detik penembakan polisi di Jalan Thamrin, Jakarta saat mengamankan ledakan bom Sarinah. Terduga pelaku dalam lingkaran merah. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah telah mendeteksi ancaman teror sebelum kasus bom Sarinah. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli mengatakan ancaman itu pernah dipaparkan Kepala Kepolisian RI dan Kepala Badan Intelijen Negara. "Seingat saya, itu sempat dibahas dalam rapat pada akhir Desember 2015," ujarnya, Kamis, 14 Januari 2016.
Rizal menjelaskan, polisi dan intelijen telah mendeteksi ancaman teror tersebut dalam rapat kabinet. Meski demikian, tutur dia, informasi itu menyebutkan aksi teror akan meletus saat perayaan tahun baru. Rizal membantah bahwa kasus bom Sarinah dianggap sebagai kelalaian pemerintah. "Yang namanya teror kan selalu punya unsur kejutan," tuturnya.
Aksi teror kembali melanda Jakarta pagi tadi. Enam bom meledak di sekitar gedung Sarinah, Jakarta Pusat. Saat melancarkan aksinya, para pelaku juga diketahui menggunakan senjata api. Sejumlah warga sipil dan petugas kepolisian tewas akibat musibah tersebut. Ada pula yang dilarikan ke rumah sakit karena luka parah. Hingga berita ini diturunkan, belum ada data resmi mengenai jumlah korban.
Rizal mengaku prihatin dengan kejadian tersebut. Menurut dia, akar dari radikalisme adalah pemahaman agama yang keliru dan problem ketidakadilan ekonomi yang melahirkan kemiskinan. Ia berharap penyelesaian masalah itu tak hanya bergantung pada pemerintah. "Alim ulama juga punya peran besar mendakwahkan Islam yang damai," tuturnya.