TEMPO.CO, Jakarta - Tujuh butir harapan ditulis tangan dan diteken oleh Presiden Joko Widodo. Isinya rangkuman harapan tentang Indonesia pada 2085. Tujuh butir impian itu bertajuk Impian Indonesia 2015-2085. Tulisan itu dibaca kemudian disimpan dalam Kapsul Mimpi yang akan dibuka pada tahun 2085.

Sebelum disimpan dan dimasukkan ke dalam Kapsul Mimpi, dua siswa sekolah dasar membacakan tujuh impian Indonesia itu. Acara peletakan Kapsul Mimpi tersebut berlangsung di Lapangan Hapsana Sai Merauke, Papua, Rabu, 30 Desember 2015.

Dua pelajar SD yang membacakan tujuh butir Mimpi Indonesia 2085 tersebut adalah Laher Fabiola Ogilin dan Lois Ferdinand Kombombiran. Laher, seorang puteri, berusia 11 tahun merupakan pelajar kelas VI Sekolah Dasar Hati Kudus Merauke. Ia biasa dipanggil Febi. Adapun Lois, anak laki-laki berusia 11 tahun teman sekelas Febi yang biasa dipanggil Dedi.

Dedi bergantian dengan Febi membacakan tujuh butir mimpi itu di atas panggung acara. Pertama Dedi yang membacakan impian tersebut. Keduanya didampingi oleh Presiden Jokowi. Berikut tujuh butir impian tersebut:

1. Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia.
2. Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika.
3. Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi dan peradaban dunia.
4. Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi.
5. Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia.
6. Indonesia menjadi negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik.
7. Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia.

Anggota Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana, mengatakan pesan Presiden merupakan bagian dari Gerakan Nasional 70 Tahun Indonesia Merdeka. "Impian-impian anak bangsa itu telah dirajut menjadi satu dalam kapsul waktu," kata Jokowi seperti dituliskan kembali oleh Ari melalui pesan singkat.

Ari mengatakan isi kapsul waktu ini berdasarkan harapan dan impian seluruh anak bangsa, dari nol kilometer di Kota Sabang, sampai Kota Merauke, di ujung timur Indonesia.

REZA ADITYA