COP21: 4 Negara Eropa Gelontorkan Dana US$ 500 Juta

Reporter

Rabu, 2 Desember 2015 09:19 WIB

Paviliun Indonesia yang berlokasi di Hall 2B, Paris Le Bourget, terus dibenahi menjelang pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim (Conference of Parties/COP) 21 di Paris, Prancis, 29 November 2015. Presiden Joko Widodo dijadwalkan meresmikan Paviliun Indonesia pada 1 Desember 2015 sebelum kembali ke Jakarta. ANTARA/Virna Puspa Setyorini

TEMPO.CO, Paris - Empat negara Eropa bersedia menyediakan dana sebesar US$ 500 juta untuk membantu negara berkembang dalam rangka pengurangan emisi karbon. Keempat negara tersebut, yaitu Swedia, Norwegia, Jerman, dan Swiss.

Dana tersebut akan dikelola oleh lembaga Fasilitas Aset Karbon Transformatif bentukan Bank Dunia. Lembaga ini akan mengelola dana itu dalam bentuk proyek pengurangai efek gas rumah kaca, termasuk kampanye nasional. Misalnya, adaptasi pengurangan energi fosil ke energi baru-terbarukan.

Bersama negara berkembang kami akan menemukan cara untuk mengurangi karbon," kata Presiden World Bank, Jim Yong Kim, di Konferensi Internasional Perubahan Iklim ke-21 (COP21 Paris), Selasa, 1 Desember 2015.



Kim mengatakan inisiatif ini adalah salah satu cara untuk menjaga lingkungan demi keberlangsungan hidup manusia. Rencananya, kata dia, dana akan digelontorkan pada awal 2016. Bank Dunia menargetkan investasi mitigasi perubahan iklim sebesar US$ 2 miliar.

Sebelumnya, 11 negara donor telah berjanji untuk mengumpulkan US$ 250 juta untuk mendukung program mitigasi dan adaptasi negara-negara yang paling rentan terkena imbas perubahan iklim. Ke-11 negara tersebut adalah Kanada, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Irlandia, Italia, Swedia, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat. Mereka mengumumkan komitmen mereka melalui Least Develop Countries Fund (LDCF), dana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang dikelola oleh Global Environtment Facility (GEF).

Menanggapi komitmen tersebut, Ketua GEF Naoko Ishii, menyatakan bahwa dana menjadi salah satu unsur penting dalam perubahan iklim. "Untuk mengisi program-progam menjaga lingkungan, seperti teknologi terbarukan dan program reduksi emisi karbon," ujar Ishii dalam pernyataan pers yang diterima Tempo, Senin, 30 November 2015.

Ihwal pendanaan merupakan salah satu aspek yang akan dibicarakan dalam Conference of Parties 21 (COP21 Paris). Isu ini kian menguat menjelang 30 November 2015 atau hari pembukaan COP21 Paris.

Ishii mengatakan, kekeringan, aiknya permukaan laut dan dampak perubahan iklim lainnya, sudah mulai menyerang banyak negara-negara berkembang ataupun negara negara kepulauan. "Mereka paling rentan," ujarnya.

Pembiayaan baru, menurut Ishii, memungkinkan GEF menyanggupi permintaan sokongan dana dari banyak negara. Mulai dari pendekatan baru pembangunan, ketahanan pangan, adaptasi nasional, dan investasi teknologi.

AMRI MAHBUB (PARIS)





Berita terkait

Kasus PLTU Buleleng, Hakim Diminta Akomodasi Isu Perubahan Iklim

26 Juni 2018

Kasus PLTU Buleleng, Hakim Diminta Akomodasi Isu Perubahan Iklim

Aktivis lingkungan meminta hakim mengakomodasi dampak perubahan iklim ketika menyidangkan gugatan izin pembangunan PLTU batubara.

Baca Selengkapnya

Stephen Hawking: Keputusan Trump Bisa Mengubah Bumi Jadi Venus

4 Juli 2017

Stephen Hawking: Keputusan Trump Bisa Mengubah Bumi Jadi Venus

Stephen Hawking menilai tindakan Trump mundur dari Kesepakatan Iklim Paris bisa membuat Bumi menjadi seperti Venus dengan suhu 250 derajat.

Baca Selengkapnya

Dunia Kecam Keputusan Trump Tarik AS dari Perjanjian Iklim Paris

2 Juni 2017

Dunia Kecam Keputusan Trump Tarik AS dari Perjanjian Iklim Paris

Para pemimpin dunia mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menarik AS dari perjanjian iklim Paris 2015.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Umumkan AS Mundur dari Perjanjian Perubahan Iklim

2 Juni 2017

Donald Trump Umumkan AS Mundur dari Perjanjian Perubahan Iklim

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa AS menarik diri dari perjanjian perubahan iklim yang disepakati di Paris pada 2015.

Baca Selengkapnya

Elon Musk Tinggalkan Trump Jika AS Keluar dari Kesepakatan Paris

1 Juni 2017

Elon Musk Tinggalkan Trump Jika AS Keluar dari Kesepakatan Paris

Elon Musk mengumumkan jika Presiden Trump mundur dari kesepakatan internasional Paris, dia akan mundur dari semua dewan penasihat Gedung Putih.

Baca Selengkapnya

Teken Paris Agreement, Indonesia Harus Ajak Aktor Non-Negara

23 April 2016

Teken Paris Agreement, Indonesia Harus Ajak Aktor Non-Negara

Setelah meneken Paris Agreement, pemerintah harus implementasikan pembangunan rendah karbon.

Baca Selengkapnya

170 Negara Teken Paris Agreement, Arab Saudi Masih Nunggu

23 April 2016

170 Negara Teken Paris Agreement, Arab Saudi Masih Nunggu

Respon terbaru dunia terhadap peningkatan suhu, naiknya permukaan air laut dan dampak lain dari perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Realisasikan COP 21, KLHK Gelar Festival Iklim di JCC  

1 Februari 2016

Realisasikan COP 21, KLHK Gelar Festival Iklim di JCC  

KLHK menggelar Festival Iklim di Jakarta Convention Center (JCC) pada 1-4 Februari 2016, agar semua pihak mengerti kesepakatan COP 21 di Paris.

Baca Selengkapnya

Festival Iklim Paparkan Langkah Lanjut Kesepakatan Paris

31 Januari 2016

Festival Iklim Paparkan Langkah Lanjut Kesepakatan Paris

Festival pada 1-4 Februari ini diadakan KLHK, Pemerintah Norwegia dan UNDP Indonesia.

Baca Selengkapnya

Siti Nurbaya: Indonesia Siap Jalankan Paris Agreement  

18 Desember 2015

Siti Nurbaya: Indonesia Siap Jalankan Paris Agreement  

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya pastikan Indonesia akan jalankan Kesepakatan Paris atau Paris Agreement.

Baca Selengkapnya