Seorang pengemudi gojek mengantar penumpangnya di kawasan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 16 November 2015. TEMPO/Pius Erlangga
TEMPO.CO, Yogyakarta - Tadeus Nugraha, Vice President Operasional Go-Jek melalui surat elektronik yang dikirim kepada Tempo mengatakan Go-Jek resmi beroperasi di Yogya pada Senin, 16 November 2015. Jumlah pengemudi yang sudah bergabung sebanyak 200-an orang.
Anggota Paguyuban Ojek Pangkalan Stasiun Tugu Buyamin, 58, mengaku tak terlalu khawatir dengan beroperasinya Go-Jek itu di Kota Yogyakarta. Meski belum resmi diluncurkan, tapi bekas pemandu wisata yang beralih profesi menjadi tukang ojek pangkalan sejak dua tahun terakhir itu sudah melihat sejumlah pengemudi ojek berpakaian hijau mirip seragam Go-Jek mondar-mandir di area Stasiun Tugu, beberapa hari terakhir di November ini.
“Asalkan mereka tidak mangkal di tempat ojek pangkalan, tak akan memicu ribut,” ujar Buyamin. Sebab di Stasiun Tugu, sejak 1990 sampai sekarang sudah ada sedikitnya 96 pengemudi ojek yang terhimpun dalam tiga paguyuban.
Jika lokasi mangkal ojek ini ditumpangi ojek profesional, semacam Go-Jek, Buyamin memprediksi, yang lama akan merasa diserobot rezekinya. Perselisihan ojek pangkalan ini sudah terjadi di jaringan mirip Go-Jek, tapi berasal dari Yogya, yang biasanya memakai seragam kuning.
“Bukan karena teknologi lebih maju, tapi karena ongkos tarifnya jauh lebih murah, bisa sampai separuhnya,” ujar Buyamin, yang sempat ditawari melamar untuk menjadi pengemudi Go-Jek tapi menolak itu. Misalnya ongkos dari Stasiun Tugu ke Monumen Jogja Kembali, yang selama ini Rp 20 ribu, oleh pengemudi ojek online hanya Rp 12 ribu.
Maryadi, 53, pengemudi becak motor di area Pasar Kembang mengaku tak khawatir dengan beroperasinya Go-Jek. “Wisatawan sukanya pergi bareng-bareng. Naik becak lebih irit karena muatnya banyak,” ujar Maryadi.