Sidang 1965, Ketua MPR: Kita Terlalu Lama Disakiti Belanda  

Reporter

Editor

Elik Susanto

Kamis, 12 November 2015 07:04 WIB

Ketua MPR, Zulkifli Hasan. TEMPO/Wahyurizal Hermanuaji

TEMPO.CO, Samarinda - Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan pengadilan rakyat tentang peristiwa 30 September 1965 di Den Haag merupakan upaya Belanda untuk mencampuri urusan dalam negeri. "Belanda tak usah ikut campur, kita sudah terlalu lama disakiti Belanda," kata Zulkifli Hasan di Samarinda, Rabu, 11 November 2015.

Belanda menjajah Indonesia selama 3,5 abad. Sumber daya alam dikeruk dan diperdagangkan di Eropa. Selama menjajah, Belanda sering melakukan kerja paksa terhadap penduduk, pembunuhan, dan adu domba. Inilah yang dimaksud Zulkifli bahwa Belanda lama menyakiti bangsa Indonesia.



Zulkifli optimistis Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo bisa menemukan formulasi menyelesaikan kasus pembunuhan anggota PKI (Partai Komunis Indonesia) dan simpatisannya pada media 1965 lalu itu. Menurutnya, sudah ada dua penanganan yang dilakukan, yaitu rekonsiliasi dan penegakan hukum.



Rekonsiliasi, kata Zulkifli, tak bisa dilanjutkan karena tak semua pihak setuju. "Justru rekonsiliasi diprotes. Begitu pula dengan penegakan hukum, sampai sekarang tak berlanjut," kata dia.


Advertising
Advertising


MPR, Zulkifli melanjutkan, bersama organisasi antikekerasan, seperti Kontras, mencoba mencari formula penyelesaian. Permintaan maaf kepada korban pembantaian pada peristiwa 30 September 1965 tak cukup. "Memaafkan itu bukan soalnya, tapi penyelesaiannya yang paling penting, penanganan hukumnya bagaimana caranya," kata Zulkifli Hasan.



Zulkifli hadir di Samarinda menghadiri Musyawarah Wilayah PAN (Partai Amanat Nasional) Kalimantan Timur yang memilih ketua baru. Zulkifli diberi kesempatan orasi politik sekaligus membuka pelaksanaan musyawarah di Hotel Mesra Internasional Samarinda.

Pengadilan rakyat atau International People's Tribunal terhadap kejahatan kemanusiaan di Indonesia pada 1965 digelar di Den Haag, Belanda, 10-13 November 2015. Anggota panitia pengadilan rakyat, Reza Muharam, mengatakan pengadilan itu untuk membuktikan terjadinya genosida selama periode 1965 hingga 1966 yang selama ini tidak pernah diakui negara.

Menurut dia, persidangan akan diikuti tujuh hakim berlatar kalangan akademisi, pegiat hak asasi manusia, dan praktisi hukum, termasuk mantan hakim mahkamah kriminal internasional untuk Yugoslavia.

Para hakim itu, menurut Reza, akan menguji alat bukti yang memuat keterangan 16 saksi peristiwa 1965 sekaligus data-data yang disusun sejumlah peneliti Indonesia maupun mancanegara. Terdapat sembilan dakwaan yang diuji panel hakim dalam sidang tersebut, antara lain, pembunuhan massal, penghilangan paksa, penyiksaan, dan kekerasan seksual pasca meletusnya peristiwa 30 September 1965.

Reza mengatakan pengadilan itu tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat dan yang digugat adalah tanggung jawab negara serta tidak ada gugatan terhadap individu maupun organisasi tertentu.





FIRMAN_HIDAYAT | ANTARA




Berita terkait

Bertemu KSAD, Bamsoet Dorong Peningkatan Alutsista dan Kesejahteraan Prajurit

1 hari lalu

Bertemu KSAD, Bamsoet Dorong Peningkatan Alutsista dan Kesejahteraan Prajurit

Alutsista guna menjaga kedaulatan bangsa Indonesia. Kesejahteraan prajurit sebagai simbol penghargaan negara terhadap tugas berat yang telah dijalankan.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

1 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

Mendag Zulkifli Hasan kembalikan aturan impor bahan baku industri. Apa alasannya? Begini bunyi Permendag 25/2022.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

1 hari lalu

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang warga Indonesia dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Zulhas Revisi Permendag Pembatasan Barang Bawaan Impor, Angin Segar bagi Pelaku Bisnis Jastip?

1 hari lalu

Zulhas Revisi Permendag Pembatasan Barang Bawaan Impor, Angin Segar bagi Pelaku Bisnis Jastip?

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang, tidak ada lagi pembatasan barang.

Baca Selengkapnya

Ketua MPR Dorong Menkopolhukam Gunakan Dalil Keselamatan Rakyat untuk Tangani OPM

1 hari lalu

Ketua MPR Dorong Menkopolhukam Gunakan Dalil Keselamatan Rakyat untuk Tangani OPM

Instruksi dan koordinasi dari satu pintu, yakni dari kantor Kemenkopolhukam, memastikan setiap pergerakan pasukan TNI-Polri hingga intelijen di lapangan termonitor dengan baik.

Baca Selengkapnya

Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut

2 hari lalu

Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengklaim sejumlah harga pangan telah berangsur normal. Yang mahal tinggal gula pasir.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Tepis Larangan Warung Madura Buka 24 Jam

2 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Tepis Larangan Warung Madura Buka 24 Jam

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menepis isu pelarangan operasional warung madura selama 24 jam.

Baca Selengkapnya

Kala Jokowi dan Gibran Disebut sebagai Bagian dari Keluarga Besar Golkar dan PAN

3 hari lalu

Kala Jokowi dan Gibran Disebut sebagai Bagian dari Keluarga Besar Golkar dan PAN

Ini alasan Partai Golkar dan PAN menyebut Jokowi dan Gibran sebagai bagian dari keluarga besar partainya.

Baca Selengkapnya

PAN Mau Terima Jokowi dan Gibran Setelah Dipecat PDIP

3 hari lalu

PAN Mau Terima Jokowi dan Gibran Setelah Dipecat PDIP

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sebelumnya mengaku dirinya sudah berulang kali menyampaikan bahwa PAN membuka pintu untuk Jokowi dan Gibran.

Baca Selengkapnya

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

4 hari lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya