Taufiq Ismail, Kisah Ngompol dan Antikomunis  

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Rabu, 11 November 2015 05:39 WIB

Taufik Ismail. TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Jakarta - Sosok itu telah renta, tapi tangannya yang mengentak-entak menunjukkan semangat yang masih menyala. Dari mulutnya, dengan lancar dan bersemangat ia mengisahkan peristiwa 1965. "Sebelum kejadian September 1965 itu, mereka (kaum komunis) sudah tau akan gerakan itu," kata Taufiq Ismail dalam sebuah acara bedah buku di Jakarta, Selasa, 10 November 2015.

Cerita itu ia dengar dari Soerastri Karma Trimurti, salah seorang pendiri Gerakan Wanita Indonesia atau Gerwani. Taufiq bercerita, dulu orang tuanya berkawan dengan pasangan SK Trimurti dan Sayuti Melik. Pasangan itu dijulukinya 'merah sekali'. Keduanya berkawan, meskipun berbeda aliran. Orang tua Taufiq sendiri merupakan anggota Masyumi, yang ia analogikan berwarna hijau. "Saya waktu kecil digendong-gendong, kemudian ngompol, terus buang air besar, segala macan," ujar Taufiq.

Setelah kuliah, Taufiq masih sering mengunjungi Trimurti. Taufiq mengatakan saat berkunjung ia akan diminta menunduk. Kemudian Trimurti akan menggulung koran yang akan dipukul ke kepalanya tiga kali. Itulah upacara yang selalu dilakukannya. "Dulu saya diompolin waktu kamu kecil, saya tidak bisa balas," ujar Taufiq menirukan ucapan Trimurti saat itu.

Dari mulut Trimurti juga, Taufiq mendapat cerita mengenai peristiwa 1965 dan alasan hengkangnya pendiri Gerwani itu.

Taufiq menceritakan, sebagai tokoh komunisme, Tri melawat ke negara sosialis selama dua tahun. Setelah perjalanan panjangnya, yakni pada Januari 1965, Tri justru mengeluarkan statement yang membuat semua pihak kaget. Ia menyatakan mundur dari gerakan komunis. Hal ini sontak membuat petinggi partai komunis kalang kabut. Dipa Nusantara Aidit segera mendatangi rumah Tri. Dalam kisah yang menurut Taufiq diceritakan Tri, Aidit datang dengan berjalan cepat, setengah berlari.

Aidit mempertanyakan kepergian Tri. "Ini gimana kok bikin pernyataan seperti ini. Kan mau ada kerja besar (September 1965)," kata Taufiq menirukan Aidit, seperti apa yang dikisahkan Tri.

Tri menilai apabila ideologi komunis diterapkan, akan berat mempertanggungjawabkannya. Taufiq mengatakan bukan hanya Tri yang keluar. Suaminya, Sayuti, pun sudah lama keluar. "Ucapan Sayuti waktu itu adalah kalau pemuda baca Marx, lalu tidak tertarik pada komunisme, berarti dia bebal. Tapi kalau sampai tua dia masih komunis, berarti dia manusia paling bebal," ujarnya.




MAWARDAH NUR HANIFIYANI


Berita terkait

10 Desember Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Ini Isi Deklarasinya

10 Desember 2023

10 Desember Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Ini Isi Deklarasinya

Peringatan Hari Hak Asasi Manusia Sedunia ke-75 menghadirkan tema dan konsep berbeda di Indonesia, berikut ini tema dan isi deklarasinya.

Baca Selengkapnya

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.

Baca Selengkapnya

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?

Baca Selengkapnya

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.

Baca Selengkapnya

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

29 September 2023

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

9 Maret 2023

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.

Baca Selengkapnya

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

4 Oktober 2022

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Baca Selengkapnya

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

3 Oktober 2022

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

Hari ini 57 tahun silam, pasca G30S, personel RPKAD menemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya area Halim tempat 6 jasa jenderal dan 1 kapten.

Baca Selengkapnya

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

2 Oktober 2022

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

David T. Johnson, dalam bukunya mengungkapkan bahwa Amerika Serikat, melalui tangan-tangan CIA, turut terlibat dalam G30S pada 30 September 1965.

Baca Selengkapnya