Petugas gabungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Basarnas, Mapala, Perhutani, Kepolisian, dan warga sekitar berusaha memadamkan api yang membakar kawasan hutan Gunung Lawu di Cemoro Sewu, Jawa Timur, 26 Oktober 2015. Kebakaran tersebut semakin mendekat pemukiman warga yang berjarak kurang lebih 10 meter. Bram Selo Agung/Tempo
TEMPO.CO, Blitar - Jenazah Aris Munandar, satu di antara tujuh pendaki yang tewas terjebak kobaran api di hutan Gunung Lawu, Kabupaten Malang, Jawa Timur, akhirnya dipulangkan ke rumahnya. Keluarga meratapi kematian korban yang hendak melangsungkan pernikahan awal tahun depan itu.
Diantar petugas medis dan personel Perum Perhutani, jenazah pria 25 tahun ini disemayamkan di rumah duka, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, sebelum dimakamkan keluarganya pada Senin siang, 26 Oktober 2015. Para kerabat menangis histeris saat melihat jenazah putra pasangan Suryanto-Adelin Sumolang itu terbujur kaku di peti mati. "Ini pelajaran bagi kita semua," kata Suryanto.
Meski menyesalkan peristiwa ini, Suryanto mengaku bersyukur akhirnya putranya bisa dikeluarkan dari ruang jenazah rumah sakit. Sejak dievakuasi dari lereng Lawu beberapa waktu lalu, tim identifikasi Kepolisian Daerah Jawa Timur melarang keluarga membawa pulang sebelum hasil uji DNA keluar. Kondisi jenazah memang terbakar seratus persen.
Keyakinan keluarga bahwa itu adalah jasad Aris didapat dari keterangan rekan-rekan Aris yang menjadi korban selamat. Sutikno, paman korban, menjelaskan, beberapa waktu lalu, Aris sempat menelepon Sherly Sumolang, adik ibunya yang tinggal di Manado. Kepada Sherly, Aris mengaku akan mengunjunginya ke Manado sekaligus mengundang tantenya itu untuk datang ke acara pernikahannya pada Februari 2016.
“Dia juga mengirim SMS kepada ibunya untuk minta izin mendaki Gunung Lawu saat dalam perjalanan dari Jakarta ke Magetan,” ujar Sutikno.
Namun Tuhan ternyata berkehendak lain. Aris meregang nyawa setelah berfoto selfie bersama delapan rekannya asal Jakarta. Kobaran api tiba-tiba menyambar mereka hingga membuat tiga di antaranya tak bisa menyelamatkan diri. Ketiganya adalah Aris Munandar, Kartini, dan Joko yang berada pada posisi paling belakang. Jasad Aris ditemukan di kawasan pos pantau 3 pendakian Gunung Lawu.