Proyek Revitalisasi Titik Nol Malioboro Tahap Pertama Molor
Editor
Grace gandhi
Kamis, 22 Oktober 2015 04:49 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tahap pertama proyek revitalisasi kawasan perempatan titik nol Malioboro pada sisi selatan molor dari target waktu yang ditentukan, yakni 3 September 2015-16 Oktober 2015. Akibatnya, tahap kedua sisi utara baru akan dilakukan uji coba penutupan arus lalu lintas pada hari ini, Kamis, 22 Oktober 2015. Sedangkan, keseluruhan proyek dijadwalkan selesai pada 18 Desember 2015.
“Molor karena banyak terkendala teknis,” kata Kepala Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman, dan Energi Sumber Daya Mineral Bambang Sugaib saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu, 21 Oktober 2015.
Kendala teknis yang dimaksud adalah proyek dihentikan pada 3 September 2015 karena Keraton Yogyakarta tengah berduka cita akibat meninggalnya istri Sultan Hamengku Buwono IX, Kanjeng Raden Ayu Nindyokirono. Padahal lokasi revitalisasi merupakan jalur utama yang menghubungkan jalan dengan keraton.
Kemudian, proyek dihentikan karena ritual gerebek, yang bertepatan dengan Hari Raya Kurban pada 24 September 2015. Lokasi gerebek berpusat di Alun-alun Utara. Dalam acara tersebut, gunungan dibawa ke Kepatihan Yogyakarta.
Proyek juga dihentikan lagi selama 11 hari karena proses penyambungan sejumlah kabel galian, baik kabel alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) milik Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, kabel telepon milik PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., maupun pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
“Tapi, itu tidak mempengaruhi kontrak. Karena batas waktunya 18 Desember mendatang. Setelah itu, kena denda,” kata Bambang.
Pembagian proses revitalisasi titik nol menjadi dua tahap karena berkaitan dengan pengaturan lalu lintas di perempatan tersebut. Pada tahap pertama, di sisi selatan, arus lalu lintas dari selatan ke utara dan utara ke selatan ditutup dengan papan seng. Sedangkan, arus lalu lintas dari barat ke timur dan sebaliknya dilakukan bergantian.
Dalam pengerjaan tahap kedua, yakni di sisi utara akses jalan juga akan ditutup. Hanya saja, penutupan jalan di Malioboro dilakukan mulai dari depan Istana Negara Gedung Agung. Arus lalu lintas akan dialihkan ke barat, yakni ke Jalan Reksobayan dan ke timur, yakni ke Jalan Pabringan.
“Jadi, peringatan nanti hati-hati untuk menghindari Jalan Malioboro,” kata Bambang.
Revitalisasi dilakukan dengan mengganti lapisan aspal pada perempatan jalan tersebut dengan batu andesit warna hitam dan abu-abu. Tujuannya untuk mengurangi laju kendaraan bermotor yang melintas di atasnya karena sifat andesit menekan laju gesekan roda kendaraan.
“Karena Malioboro akan dijadikan kawasan khusus pejalan kaki,” kata Bambang.
Kedalaman batu andesit 40 sentimeter dengan panjang 60 meter.
“Kami datangkan batu dari Majalengka,” kata kontraktor proyek revitalisasi, Agus Marhanto.
Dari total anggaran revitalisasi Rp 4,6 miliar, sebanyak 80 persen digunakan untuk membeli batu andesit. Batu-batu andesit yang dipasang akan disusun sehingga membentuk pola lingkaran. Di tengah perempatan, terdapat lingkaran dengan diameter sembilan meter yang dibentuk menggunakan batu andesit hitam.
PITO AGUSTIN RUDIANA