Jokowi menandata tangani surat yang berjanji menjadikan 1 Muharom sebagai "Hari Santri Nasional" di Pondok Pesantren Babussalam, Malang, Jawa Timur, 27 Juli 2014. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Medan - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera Utara dan Partai Kebangkitan Bangsa berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Sebagai ucapan syukur, hari ini, 18 Oktober 2015, hingga Kamis, 22 Oktober 2015, NU dan PKB Sumut mengadakan pawai keliling Sumut.
Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kadir Karding mengatakan NU dan PKB berterima kasih kepada Presiden Jokowi yang menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Karding, yang melepas peserta pawai dari depan kantor PW NU Sumut, mengatakan, "Sejarah NU tidak bisa terpisahkan dari sejarah kemerdekaan Indonesia. Seperti diketahui, resolusi jihad merupakan sebuah resolusi untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," katanya di Medan, Ahad, 18 Oktober 2015.
Penetapan Hari Santri Nasional, ujar Karding, bukan tanpa dasar sejarah. Berawal pada 22 Oktober 1945 ketika Rais Akbar NU KH Hasyim Asy'ari bersama para kiai besar NU lainnya menyerukan jihad fi sabilillah mempertahankan NKRI. "Seruan jihad ini menjadi motor penggerak peristiwa 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Oleh karenanya jangan ada penolakan terhadap penetapan Hari Santri Nasional," tutur Karding.
Pengurus NU Sumut Afifuddin Lubis mengatakan kirab resolusi jihad diikuti ratusan pengurus NU. Peserta kirab akan berkeliling dari Kabupaten Mandailing Natal hingga Medan. "Mandailing Natal merupakan tempat bersejarah di mana pendiri NU di Sumut bersemayam di sana. Itu sebabnya, peserta kirab akan memulai perjalanan panjang diawali ziarah ke makam pendiri NU di Mandailing Natal." kata Afifuddin.
Anggota DPR dari PKB, Marwan Dasopang, mengatakan pawai selain sebagai ucapan syukur atas penetapan Hari Santri Nasional, juga memperkuat persatuan lintas iman di Sumut. Marwan menyebut peristiwa kekerasan bernuansa agama di Aceh Singkil tak boleh terjadi lagi. "Karena itu peserta kirab juga akan menyinggahi Kota Pematang Siantar dan akan mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh lintas agama termasuk para pendeta di Pematang Siantar. NU dan PKB ingin Islam menjadi rahmat bagi semesta alam," tutur Marwan.
Ketua PKB Sumut Ance Selian menolak anggapan kirab penetapan Hari Santri Nasional dimanfaatkan PKB sebagai ajang konsolidasi partai. Keterlibatan PKB dalam acara kirab, ujar Ance, karena perintah Pengurus Besar NU.
Kirab akan menyinggahi puluhan kota di Sumut, dan akan berakhir pada Kamis mendatang di kantor PW NU Sumut. "Direncanakan Ketua Umum PB NU KH Said Aqil Siradj akan menyambut peserta kirab," ujar Ance.