Kabut Asap, Ini Permintaan DPR ke Pemerintah

Reporter

Editor

hussein abri

Kamis, 15 Oktober 2015 02:58 WIB

Sebuah kapal kecil melintas di bawah jembatan Sungai Johor, kabut asap mengganggu dan membahayakan lalu lintas dan jasa transportasi lainnya. Hampir setengah dari 52 stasiun pemantauan polusi Malaysia di seluruh negeri kemarin mencatat kualitas udara "tidak sehat". Enam stasiun, termasuk satu di Kuala Lumpur, mencatat kualitas udara pada tingkat "sangat tidak sehat" dengan satu stasiun yang berada di pinggiran Ibu Kota dekat dengan level "berbahaya".Malaysia, 6 Oktober 2015. REUTERS/Edgar Su

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi II DPR, Rahmat Hamka, mengatakan akan membentuk panitia kerja gabungan antar komisi di lembaganya. Pembentukan itu, ucap dia, untuk mengusut tuntas bencana asap yang di Sumatera dan Kalimantan.

Menurut Hamka, Panja itu akan berisi komisi II, III, IV, VII, VIII, IX dan X. "Bencana asap mempengaruhi kesehatan, lingkungan, pendidikan dan ekonomi," kata dia dalam keterangannya, Rabu, 14 Oktober 2015.

Hamka menjelaskan, saat ini pemerintah sudah berupaya memadamkan api. Namun, kata dia, permasalahan belum selesai jika api itu sudah padam. "Dampak kesehatan bagi masyarakat yang menghirup asap bagaimana? dan harus memberi sanksi tegas terhadap perusahaan yang lahannya terbakar," katanya.

Wakil Ketua Komisi II DPR, Lukman Edy. meminta pemerintah menaikkan status kebakaran ini menjadi bencana nasional. Menurut dia, kabut asap ini sudah terjadi lama dan berulang setiap tahunnya.

Selain itu, ucap Lukman, DPR meminta pemerintah melakukan evaluasi terhadap tata ruang dan penataan lahan rambut. "Jangan hanya penanggulangan bencana, tapi menyelesaikan akar permasalahan," katanya.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan pemerintah belum bisa menetapkan kabut asap menjadi bencana nasional. Menurut dia, penetapan itu harus sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. "Status bencana nasional baru terjadi saat bencana Tsunami Aceh," katanya, Selasa lalu.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Willem Rampangilei, mengatakan luas total hutan dan lahan yang terbakar mencapai 1,7 juta hektare. Wilayah kebakaran terbanyak berada di Sumatera Selatan, yakni 221.704 hektare. Menurut Willem, dia bersama Singapura dan Malaysia kesulitan memadamkan api. Musababnya, jarak pandang yang terbatas dan mengakibatkan susah mengenai titik kebakaran. “Kami sudah memakai bahan kimia sebanyak 260 ton untuk memadamkan api,” katanya.

HUSSEIN ABRI YUSUF

Berita terkait

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

11 jam lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

16 jam lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

18 jam lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

1 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

2 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

2 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

5 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

5 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

5 hari lalu

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

Pasca-putusan MK, pasangan Prabowo-Gibrang resmi ditetapkan KPU sebagai pemenang pemilu. Sumpah jabatan mereka akan diikrarkan pada Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

6 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya