Jenazah jemaah haji yang tewas akibat terinjak-injak saat menuju tempat pelemparan jumrah di Mina, 24 September 2015. Total korban yang tewas akibat tragedi ini mencapat 719 orang dan ratusan lainnya luka-luka. REUTERS/Stringer
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Agama DPR Saleh Partaonan Daulay mengatakan pemerintah seharusnya mengirimkan tenaga ahli tambahan ke Arab Saudi untuk melakukan identifikasi jenazah. "Hal ini untuk mempercepat proses identifikasi para jemaah haji Indonesia korban tragedi Mina," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo, Selasa, 28 September 2015.
Dari pengamatannya, kata Saleh, tenaga ahli Indonesia dalam mengidentifikasi korban saat ini sangat minim. Padahal, jumlah jemaah haji yang menjadi korban dari seluruh dunia sudah mencapai 1107 jiwa. "Pengiriman tenaga ahli itu menjadi penting seiring dengan nota diplomatik yang dikirimkan pemerintah," kata Saleh.
Tim Pengawas Haji DPR ini melihat selain para Panitia Penyelenggara Ibadah Haji, identifikasi korban kejadian yang terjadi pada 24 September lalu itu dilakukan juga oleh aparat TNI dan petugas kesehatan Indonesia. "Jumlah mereka masih terbatas," katanya.
Selain jumlah petugas yang tidak seimbang dengan banyaknya korban, Saleh mengatakan para petugas kemungkinan sudah terlalu lelah karena bekerja siang dan malam untuk mengidentifikasi para korban. "Agar proses identifikasi bisa lebih cepat, dibutuhkan tambahan tenaga ahli," katanya.
Penambahan tenaga ahli, kata Saleh, juga menjadi penting seiring dengan pernyataan Menteri Agama bahwa masih ada lima kontainer lagi yang belum diidentifikasi. "Waktu terus berjalan. Dikhawatirkan jenazah korban akan sulit diidentifikasi bila terlalu lama melakukan tindakan," katanya. Saleh tahu bahwa para korban disimpan dalam lemari es. Namun ia yakin akan ada perubahan dalam jasadnya, sehingga hanya tenaga yang betul-betul ahli yang bisa mengerjakan tugas mengidentifikasi.
Saleh mengatakan jumlah tenaga petugas yang mengidentifikasi semakin sedikit lantaran mereka juga memiliki tugas rutin untuk melayani para jemaah. Dalam jadwal yang dimilikinya, gelombang kedua jamaah haji reguler Indonesia baru akan bertolak ke Madinah pada 3 Oktober mendatang. Tentu persiapan untuk mobilisasi jemaah menuju Madinah perlu dimatangkan. "Bila tenaga ahli identifikasi ditambah, proses identifikasi korban tidak mengganggu tugas lain para petugas haji," katanya.