Kabut Asap, 6 Kota di Indonesia dalam Kondisi Level Bahaya
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Minggu, 27 September 2015 06:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan enam kota di Indonesia dalam kondisi level berbahaya akibat kabut asap.
Sutopo mengatakan, berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Sabtu 26 September 2015, Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) di beberapa kota berada pada level Berbahaya. Antara lain: Palangkaraya 1.912 gram per m3, Pekanbaru 401, Pontianak 602, Kampar 419, Bengkalis 429, dan Siak 527.
Nilai ini jauh di atas ambang batas minimum level berbahaya yaitu 350. Sementara Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Jambi tidak termonitor karena alatnya rusak. Sedangkan di Banjarbaru 66 dan Samarinda 98 atau level sedang.
Sutopo menjelaskan, kualitas udara tersebut berkorelasi dengan jarak pandang. Jarak pandang di Palangkaraya pada Sabtu pagi hingga siang hanya 50-300 meter.
Baca juga:
TRAGEDI MINA: Pesan Terakhir Sugeng Sebelum ke Mekah
Tragedi Mina, Berikut Data Korban Meninggal dan Luka
"Asap sangat pekat dan siang hari cuaca terlihat kuning kecoklatan," ujarnya, Sabtu 26 September 2015. Jarak pandang di Pekanbaru 500 m, Kerinci 400 m, Jambi 300 m, Palembang 1.500 m, Pontianak 2.500 m, Sintang 400 m, dan Banjarmasin 8.000 m.
<!--more-->
Kualitas udara yang buruk itu berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA di Pekanbaru 34.846 jiwa, Jambi 31.191 jiwa, Sumsel 22.855 jiwa, Kalbar 21.130 jiwa, Kalteng 4.121 jiwa sejak 3 hari yang lalu, dan Kalsel 53.428 jiwa.
Sementara itu, kualitas udara di Singapura sudah mulai membaik. Sepanjang hari pada Jumat 25 September 2015 kualitas udara di Singapura pada level Sangat Tidak Sehat hingga Berbahaya yaitu 267-322 PSI.
Singapura menggunakan ambang batas kualitas udara jika lebih dari 300 PSI (Particulate Standard Index). Pada Sabtu (26-9-2015) pukul 15.00 Wib, kualitas udara berkisar 90-107 PSI atau sedang.
Sutopo menambahkan, operasi darurat asap masih dilakukan, baik melalui udara, darat, penegakan hukum dan sosialiasi. Namun kebakaran hutan masih terus berlangsung. Ada dua penyebab, Sutopo menyebutkan, yaitu api lama yang sudah padam, menyala kembali karena ada di lahan gambut. Yang kedua adalah dibakar lagi. Berdasarkan laporan di lapangan maupun pantauan satelit terlihat bahwa titik-titik api ada di daerah baru maupun daerah lama.
SUPRIYANTHO KHAFID
Simak juga:
Hadir November, Harga Samsung Oculus Gear VR Turun Setengah
100 Hektare Hutan Rehabilitasi Orangutan Kalimantan Terbakar