TEMPO.CO , Jakarta: Musim kemarau panjang yang membawa sejumlah kekeringan parah di sejumlah daerah turut menyimpan potensi bencana lain yang dapat terjadi ketika musim penghujan tiba.
Yakni terbentuknya rekahan-rekahan tanah baru atau lebih besar di perbukitan atau tebing yang dapat meningkatkan potensi longsor lebih besar saat penghujan.
"Benar ada korelasi daerah yang mengalami kekeringan parah karena kemarau potensi longsornya lebih besar," ujar praktisi instrumen kebencanaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Sani Tanaka, pada Minggu, 20 September 2015.
Rekahan tanah pada bukit atau tebing membuat air penghujan lebih mudah masuk dan membuat struktur tanah lebih labil sehingga mudah longsor.
Sani menambahkan, untuk meminimalisir potensi longsor lebih besar akibat kemarau panjang ini, daerah rawan seperti Gunungkidul didorong segera menutup rekahan-rekahan tanah yang muncul. "Sebelum penghujan tiba sebaiknya sudah ditutup rekahan yang berbahaya," ujarnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Gunungkidul pun sejak pekan lalu telah menggencarkan kampanye sosialisasi antisipasi longsor menyusul dampak kekeringan yang makin parah akibat kemarau panjang saat ini.
Kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan parah dikhawatirkan memicu munculnya retakan-retakan baru pada lapisan tanah perbukitan dan meningkatkan potensi longsor makin besar saat hujan mulai turun.
"Kemarau ini retakan tanah bisa semakin melebar, bertambah panjang, dan akhirnya mudah dimasuki air. Ini membuat tanah labil dan gampang longsor," ujar Kepala Seksi Mitigasi dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Gunungkidul, Nugroho Wahyu.
Dari pemantauan BPBD, retakan lapisan tanah itu dicurigai muncul di perbukitan sisi utara Gunungkidul, yang selama ini juga langganan longsor saat peralihan kemarau ke penghujan. Meliputi lima kecamatan seperti Nglipar, Gedangsari, Patuk, Semin, serta sebagian Ponjong.
Di lima kecamatan itu, awal pekan ini BPBD Gunungkidul mengumpulkan sejumlah pengurus desa tangguh bencana guna melakukan antisipasi tanah-tanah yang mulai retak atau tambah parah retakannya.
"Kami minta dicicil ditambal retakannya, dengan cara menutupi dengan tanah baru, agar air tak gampang masuk," kata Wahyu.
Sisi utara Gunungkidul termasuk wilayah lebih subur dibanding selatan dan menjadi sentra pertanian pangan. Peralihan kemarau ke penghujan biasanya mendorong masyarakat langsung menanami lahan-lahan itu namun tak mengantisipasi potensi bencana lanjutan seperti longsor. "Karena biasanya langsung dipakai menanam, maka antisipasi sebaiknya dilakukan saat masih kemarau ini," ujar Wahyu.