Seorang warga memeriksa jaring ikan miliknya yang ditebar di areal persawahan yang terendam air luapan dari Bengawan Solo di Desa Pelangwot, Lamongan, Jawa Timur, Senin (7/1). ANTARA/Syaiful Arif
TEMPO.CO, Bojonegoro - Harga daging sapi dan ayam yang masih tinggi membuat warga yang tinggal di sekitar Bengawan Solo di Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan beralih mengkonsumsi ikan. Dengan harga yang lebih murah, ikan kini menjadi konsumsi utama warga.
Para ibu-ibu rumah tangga di Bojonegoro dan sekitarnya banyak beralih membeli ikan dari Sungai Bengawan Solo untuk konsumsi keluarga. Dalam dua bulan terakhir, konsumsi ikan dari sungai terpanjang di Pulau Jawa ini meningkat.
Para pedagang di sejumlah pasar di Bojonegoro dan Tuban menyatakan permintaan ikan air tawar meningkat setelah harga daging sapi dan ayam melambung. “Ya, naik,” kata Heriyanto, 38 tahun, pedagang ikan di Pasar Kota Bojonegoro, kepada Tempo, Senin, 31 Agustus 2015.
Ada beberapa jenis ikan dari Sungai Bengawan Solo yang laris dijual. Misalnya ikan wader (tawes) kecil harga langsung dari sungai Rp 5.000 per plastik dan ikan nila Rp 18 ribu per kilogram. Kemudian ikan gabus dihargai Rp 20 ribu per ekor ukuran besar (di atas 1 kilogram) dan ikan patin Rp 20 ribu ukuran besar.
Adapun daging ayam potong seharga Rp 35 ribu dari sebelumnya Rp 26 ribu per kg. Daging ayam kampung dihargai Rp 70 ribu dari sebelumnya Rp 40 ribu per kg. Dan harga daging sapi mencapai Rp 95-100 ribu per kg.
Tak hanya hasil tangkapan dari Sungai Bengawan Solo, ikan air tawar juga banyak permintaan. Selama musim kemarau, para pengelola tambak ikan air tawar kerap mendapat order.
Menurut Sumarlin, pengelola kolam air tawar, permintaan ikan cenderung meningkat setelah harga daging sapi dan daging ayam naik. Dalam sepekan, ia bisa menyediakan 150-200 kilogram. ”Tentu keuntungannya bertambah,” tuturnya kepada Tempo.