TEMPO.CO , Makassar: Toilet publik adalah wajah depan kita, seperti ucapan selamat datang kepada tamu. Setiap pendatang, baik dari daerah lain maupun dari luar negeri yang berkunjung ke Makassar, pasti akan bertemu dengan toilet di bandara, pelabuhan, dan tempat publik lainnya yang dikunjungi. Karena itu, menjadi hal yang penting untuk memperhatikan toilet umum.
Toilet menjadi tempat yang tidak lepas dari kehidupan sehari-hari; hampir semua orang akan berkunjung ke toilet untuk mengeluarkan limbah kotoran manusia. Karena itu, keberadaan toilet publik memiliki peranan penting.
Dosen Arsitektur Universitas Hasanuddin (Unhas), Triyatni Martosenjoyo, mencoba meneliti masalah toilet dan perilaku hidup bersih. Hasilnya dipaparkan dalam disertasi berjudul “Toilet Publik dan Perilaku Bersih di Universitas Hasanuddin Suatu Analisis Antropologi Arsitektur”.
Toilet di Unhas menjadi sampel penelitiannya. Menurut dia, kampus Unhas merupakan salah satu tempat yang memiliki toilet publik paling banyak di Makassar. Sebagai instansi pendidikan, sudah selayaknya Unhas memiliki toilet yang layak. Namun, pada kenyataannya, justru banyak toilet yang masuk kategori tidak layak, kurang terawat dengan baik, dan disalahfungsikan.
Triyatni memulai penelitian sejak Maret 2014 hingga Februari 2015. Selama masa penelitian, ia mendapatkan fakta-fakta bahwa, toilet yang fungsinya melokalisasi limbah manusia, pada kenyataannya banyak disalahfungsikan. “Ada yang difungsikan sebagai tempat untuk berjualan. Ada yang digunakan untuk mencuci perlengkapan dapur, bahkan saya sempat mendapatkan toilet dijadikan tempat berbuat mesum, tetapi saya lihat ini sudah dibenahi,” kata Triyatni.
<!--more-->
Menurut dia, ada tiga hal yang menjadi faktor penyebab mengapa toilet itu kotor atau tidak layak. Yakni masalah kemiskinan yang menyebabkan tidak adanya anggaran untuk memelihara, tidak tersedianya air yang cukup, serta pendidikan tentang praktek pemakaian toilet yang kurang tepat. “Unhas tidak punya alasan untuk toilet kotor. Air kita melimpah, anggaran banyak, dan ada banyak orang terdidik,” kata Triyatni.
Dosen yang sebelumnya menyelesaikan magister di jurusan pengelolaan lingkungan hidup ini menyatakan bahwa perilaku terkait dengan pemakaian toilet publik, khususnya di Unhas, tidak serta-merta harus menyalahkan mahasiswa atau civitas academica yang ada di dalamnya.
Unhas, kata Triyatni, dihuni orang-orang yang terdiri atas latar belakang suku sekaligus kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Setiap orang yang masuk ke Unhas, menurut dia, bukannya tidak mau bersih, tapi bisa saja ada persepsi atau makna bersih yang berbeda sesuai dengan budaya masing-masing. Ditambah dengan tidak adanya proses pengenalan atau internalisasi budaya baru.
Selama ini tidak ada proses memperkenalkan budaya berbeda atau internalisasi budaya baru bagi warga baru yang akan masuk ke Unhas. “Jadilah mereka datang dengan budaya sendiri-sendiri seperti berjalan di hutan belantara,” kata Triyatni. Seharusnya ada pengenalan. Di negara-negara beradab, ketika akan masuk ke salah satu lokasi, kita akan diajak berkeliling mengenal aset-aset terlebih dahulu.
Dalam hal penggunaan toilet pun, kata Triyatni, harus disesuaikan dengan karakter budaya yang ada. Masyarakat Indonesia, menurut dia, lebih suka memakai toilet basah, tapi dia pun tidak melarang jika toilet dirancang untuk jenis toilet kering. “Apa pun jenis toilet yang dipilih dalam rancangan, rancangan itu harus dikenal oleh publik. Jika tidak dikenal, maka harus dikenalkan. Kalau pakai toilet yang canggih, ya, harus diajarkan kepada publik.”
Orang Indonesia banyak yang suka model toilet basah, tapi ada juga fakta yang menyebutkan bahwa, karena mobilitas masyarakat Indonesia yang tinggi, banyak juga yang suka model toilet kering. “Maka buatlah dua model,” kata Tri. Membuat toilet basah dan toilet kering sekaligus, konsekuensinya adalah lebih mahal. Menurut dia, hal itulah yang mesti dibayar untuk keragaman budaya yang kita miliki.
“Kebiasaan kita masyarakat Indonesia itu belum merasa bersih jika tidak memakai air untuk membersihkan diri saat berada di toilet, dan terkait dengan posisi kita saat buang air besar itu akan merasa lebih enak jika memilih posisi jongkok ketimbang duduk,” kata perempuan yang lahir 58 tahun lalu ini.
MUHCLIS ABDUH | IRMAWATI
Berita terkait
PKB Usulkan Azhar Arsyad Maju di Pilkada Makassar, Sebut Dia sebagai Simbol Partai di Sulsel
23 hari lalu
PKB Kota Makassar meraih lima kursi di DPRD kota itu pada pemilu legislatif atau Pileg 2024.
Baca SelengkapnyaPemkot Makassar Borong Lima Penghargaan Top BUMD Award 2024
42 hari lalu
Wali Kota Ramdhan Pomanto meraih Top Pembina BUMD 2024.
Baca SelengkapnyaLagi, Anggota KPPS di Makassar Meninggal Dunia
20 Februari 2024
Anggota KPPS Muhammad Fahriansyah, 26 tahun, yang bertugas di TP) 12 Kelurahan Lariang Bangi, Kecamatan Makassar, meninggal
Baca SelengkapnyaMakassar Menuju Resilient City dengan Pertumbuhan yang Inklusif
29 Januari 2024
Visi Danny Pomanto membangun resiliensi dan pertumbuhan inklusif Kota Makassar.
Baca Selengkapnya10 Tempat Wisata di Makassar, Ada Hutan Mangrove hingga Situs Bersejarah
10 Januari 2024
Daftar tempat wisata di Makassar yang populer, di antaranya Pantai Losari, Fort Rotterdam, hingga Pulau Khayangan. Berikut ini informasi lokasinya.
Baca SelengkapnyaMakassar, Kota Sehat yang Diarenya Meningkat
31 Desember 2023
Jamban itu digunakan oleh lima orang. Mereka berdomisili di Kelurahan Banta-bantaeng, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar.
Baca SelengkapnyaMV. Star Breeze Bersanda di Pelabuhan Makassar
29 November 2023
Pelabuhan Makassar akan dijadikan sebagai destinasi kapal pesiar internasional.
Baca SelengkapnyaDaftar Rekomendasi 8 Kuliner Khas Kota Makassar
11 November 2023
Ada banyak sekali kuliner khas Kota Makassar yang wajib dicoba saat Anda berkunjung ke daerah ini.
Baca SelengkapnyaHUT Kota Makassar: Ini Alasan Kenapa Dijuluki sebagai Kota Daeng
10 November 2023
Kota Daeng menjadi salah satu julukan bagi Kota Makassar. Mengapa demikian?
Baca SelengkapnyaKilas Balik Penetapan 9 November Jadi HUT Kota Makassar yang Kini Masuki 416 Tahun
9 November 2023
HUT Kota Makassar pada 9 November 1607 menandai salat Jumat pertama di Gowa-Tallo sekaligus penanda semua rakyat Gowa-Tallo memeluk Islam.
Baca Selengkapnya