Kisah Nenek Liem Gien Nio Mengenang Agresi Militer Belanda

Reporter

Selasa, 18 Agustus 2015 08:44 WIB

Lima lansia mengikuti fashion show di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia, Radio Dalam, Jakarta, 28 Juni 2015. TEMPO/Iqbal Ichsan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Liem Gien Nio, 81 tahun, bersama sejumlah rekannya di panti wreda Pelkris, Semarang, terlihat antusias memainkan peran sebagai rakyat saat Agresi Militer Belanda II.

Dia menggenggam sebuah bola kertas yang kemudian dilemparkan ke seorang temannya yang berpakaian ala militer Belanda. Aksi penghuni panti manula itu penuh tawa tapi tetap mencerminkan drama perlawanan melawan kolonial. “Ini mengenangkan masa lalu saat saya masih kecil,” ujar Liem.

Liem mengaku terkenang pada 70 tahun silam ketika detik-detik menjelang Sukarno membacakan teks proklamasi. “Saat itu saya berusia sekitar 10 tahun dan tinggal di Yogyakarta,” ucap Liem, mengenang.

Meski saat itu masih berusia anak-anak, Liem masih ingat benar antusiasme masyarakat Yogyakarta dalam melawan kehadiran militer Belanda. Ia tahu Indonesia telah merdeka dari sejumlah tetangga dan orang dewasa yang menyambut kemerdekaan dengan gegap-gempita.

Sesudah proklamasi dibacakan pada 17 Agustus 1945, ucap dia, terjadi perang di mana-mana. Setelah tentara Jepang tersingkir, Belanda datang dengan agresi militer. Liem juga menjadi salah satu pengungsi yang dibawa ke Semarang dengan kereta api. "Di Yogya, laki-laki banyak yang dibunuh, sedangkan perempuannya tidak. Saya ingat ada laki-laki yang selamat bersembunyi menggendong anaknya naik ke pohon kelapa," tuturnya.

Pada usianya yang semakin senja, Liem pun tetap semangat memperingati hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus. Bersama sejumlah rekan sesama manula, ia berharap Indonesia bisa terus damai, tidak lagi ada peperangan. “Perang itu membuat repot, bikin sengsara,” katanya.

Pimpinan unit panti wreda Pelkris, Semarang, Slamet Basuki, mengaku sengaja menggelar pentas drama untuk merayakan 70 tahun kemerdekaan Indonesia. “Aksi singkat itu bercerita tentang kedatangan Belanda dan perjuangan rakyat Indonesia,” ucap Slamet.

Menurut Slamet, aksi teatrikal ini akan membangkitkan semangat kemerdekaan. “Apalagi mereka dulu juga terlibat perjuangan," ujarnya. Dalam pementasan drama ini, Slamet dan pengurus panti memaksimalkan para pelaku yang sebagian sudah menggunakan kursi roda. Pentas teatrikal berdurasi sekitar 15 menit itu pun tak diiringi musik. “Mereka tetap semangat dengan ruh anti-penjajahan,” tuturnya.

EDI FAISOL

Berita terkait

Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

29 Agustus 2015

Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

Desa di Indonesia ini baru dialiri listrik setelah Republik Indonesia merdeka 70 tahun.

Baca Selengkapnya

Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

25 Agustus 2015

Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

Wanita berdarah Batak Karo, Anna Sembiring, bekerja di museum sejarah Yahudi terbesar di Eropa.

Baca Selengkapnya

Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

22 Agustus 2015

Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

Sultan Syarif Abdurrachman Al-Kadrie, Raja Kesultanan Pontianak, mengatakan telah menyiapkan gelar khusus untuk Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

19 Agustus 2015

HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

Pacuan kuda berhadiah total Rp 252 juta itu digelar hingga Ahad mendatang.

Baca Selengkapnya

Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

19 Agustus 2015

Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

Sejak usia tiga tahun, Felicia bersama saudaranya bermain upacara bendera dan dia paling sering berperan sebagai pembawa bendera.

Baca Selengkapnya

Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

19 Agustus 2015

Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

Maria Felicia Gunawan, siswi kelas XI SMAK Penabur Gading Serpong, terpilih membawa baki duplikat bendera pusaka saat upacara 17 Agustus di Istana.

Baca Selengkapnya

Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

19 Agustus 2015

Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

Juri tidak sepakat dengan keputusan Virzha ketika memberi warna pada gunung dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI.

Baca Selengkapnya

Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

19 Agustus 2015

Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

Roy menganggap polisi seharusnya bisa membedakan pengawalan untuk urusan kenegaraan dan bukan.

Baca Selengkapnya

Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

19 Agustus 2015

Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

Kalla mengatakan bahwa peserta tak seharusnya membawa atribut organisasi yang dilarang dalam undang-undang.

Baca Selengkapnya

Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

18 Agustus 2015

Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

JK mengatakan sikapnya saat upacara sama seperti Bung Hatta.

Baca Selengkapnya