Pasukan TNI AU membawa peti mati korban jatuhnya pesawat Hercules C-130B berisikan Letda PnB Dian Sukma yang akan dikembalikan ke keluarga di pangkalan militer, Medan, Sumatera Utara, 1 Juli 2015. Sebanyak 39 jenazah korban kecelakaan pesawat Hercules dikembalikan ke keluarga masing-masing. REUTERS/Beawiharta
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Pertama Dwi Badarmanto mengatakan semua Hercules jenis C-130B bakal dikandangkan akibat salah satu pesawat jenis itu mengalami kecelakaan di Medan. Kebijakan ini diberlakukan hingga ada hasil investigasi kecelakaan Hercules dengan nomor lambung A-1310 tersebut. (Baca: TRAGEDI HERCULES: Wasiat Sang Teknisi Sebelum Dijemput Ajal)
"KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara) memerintahkan semua Hercules C-130 atau tipe B dihentikan terbang sementara waktu hingga ada kebijakan lain," ucap Dwi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu, 1 Juli 2015. Menurut Dwi, tim TNI AU masih menginvestigasi penyebab kecelakaan yang menewaskan sedikitnya 141 orang itu.
Bahkan, bila perlu, menurut Dwi, pihak pabrik pembuat pesawat itu akan dilibatkan dan dipanggil untuk terlibat dalam investigasi tersebut. "Diharapkan, setelah hasil investigasi, kami bisa lebih berhati-hati dalam bertugas dan melakukan perawatan terhadap setiap pesawat jenis itu," ujarnya. (Baca: Hercules Jatuh: Tabrak Panti Pijat, Begini Nasib Penghuninya)
Dwi menuturkan TNI AU masih memerlukan pesawat Hercules C-130 untuk kebutuhan logistik dan personel. "Pesawat itu tidak akan di-grounded karena demi memenuhi kebutuhan pasukan dalam bertugas," kata Dwi. "Kalau tidak ada itu, kami tidak memiliki pesawat sejenis buat kebutuhan."
Pesawat Hercules C-130 dengan nomor lambung A-1310 jatuh dan menimpa permukiman penduduk di Jalan Jamin Ginting, Medan, pada Selasa lalu. Pesawat itu jatuh setelah dua menit lepas landas. Burung besi itu terbang dalam misi Penerbangan Angkutan Udara Militer. (Baca pula: HERCULES JATUH: DPR Duga Ada Pungutan Rp 900 Ribu bagi Sipil)
Pesawat itu dibuat oleh Lockheed Martin Corporation, pabrikan asal Amerika Serikat, pada 1964. Pesawat tersebut dibeli pada masa Presiden Sukarno dan menjadi bagian dari Skuadron Udara 32/Angkut Berat yang bermarkas di Malang, Jawa Timur.