Selain Konsumsi Air Sungai, Prajurit TNI Ini Tinggal di Rumah Tak Layak Huni
Editor
Elik Susanto
Sabtu, 27 Juni 2015 06:14 WIB
TEMPO.CO , Jayapura - Komandan Batalion Infanteri 751/Raider Sentani Mayor Infanteri Nova Ismailiyanto mengatakan dua kompi anggotanya yang bertugas di Skamto, Kabupaten Keerom, dan di Distrik Wapo, Kabupaten Sarmi, kekurangan air bersih dan penerangan. "Kondisi itu juga diperparah minimnya perumahan layak bagi anggota yang bertugas di Sarmi," katanya, Jumat, 26 Juni 2015.
Untuk mengatasi kekurangan air bersih, kata Nova, prajurit di Skamto dan Sarmi tiap hari melakukan penyulingan, yang dikelola koperasi. "Tapi anggota tetap membayar. Bahan baku air diambil di sungai. Per galon Rp 2.500,” ujarnya.
Sedangkan untuk listrik, kata Nova, anggota TNI di Sarmi memaki genset dan listrik tenaga sinar matahari. Genset digunakan pada sore hari sampai pukul 22.00 WIT. Lalu pada malam hingga pagi menggunakan solar sel.
“PLN belum masuk di daerah itu. Jarak lokasi markas batalion sekitar 20 kilometer dari pusat kota. Ada tiang listrik di sekitar markas, tapi jaraknya 1 kilometer dari markas. Kami berharap segera dibangun tiang listrik terdekat di sekitar markas,” tutur Nova.
Nova mengaku telah berkoordinasi dengan pejabat pemerintah daerah. Pada 2015, keterbatasan infrastruktur diharapkan dapat teratasi. "Saat ini anggota kami ada tujuh kompi, empat kompi di markas Yonif 751/Raider Sentani dan tiga kompi tersebar di Doyo, Skamto, dan Sarmi," ucapnya.
Prajurit TNI yang bertugas di pedalaman umumnya hidup dengan berbagai keterbatasan sarana. Tidak hanya di Papua, di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Malaysia dan Timor Tengah Utara serta Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, yang berbatasan dengan Timor Leste, juga minim fasilitas.
CUNDING LEVI