Kisah Mbah Dul: Setiap Hari Sukarela Menambal Lubang Jalan
Editor
Abdul Djalil Hakim.
Kamis, 21 Mei 2015 05:58 WIB
TEMPO.C0, Surabaya-, Banyak warga mencapnya sebagai “orang gila”. Itu lantaran kebiasaan Abdul Syukur, 63 tahun, warga Jalan Tambak Segaran Gang I, Surabaya, menambal jalan berlubang selama sepuluh tahun terakhir.
Melebihi kewajiban seorang petugas, Mbah Dul--begitu dia biasa disapa--terus mengawasi empat jalan protokol di kawasan Surabaya Utara. Kalau jalan masih mulus, Mbah Dul ganti mengeruk got di lingkungan tempat tinggalnya. Sebuah pos sederhana dari sisa papan, balok, dan seng di muka gang juga hasil karyanya yang dikerjakannya sendirian, setiap malam, sepulang dari menarik becak.
“Bukan hanya itu, Mas. Karena dia sering mengangkut aspal di becak, sudah sering bannya meletus. Dia ya jalan kaki,” tutur Wahyuni, anak Abdul. Gunjingan para tetangga sudah tak asing di telinganya tentang kisah ayahnya yang “kelewat” rajin itu.
Mbah Dul cuma terkekeh dicap gila dan kurang kerjaan. “Itu sudah biasa,” ujarnya. Dia malah mengajak membahas kondisi jalan. “Yang paling parah itu rel depan ITC, saya sampai habiskan tujuh gerobak sisa aspal,” katanya.
Dari penelusuran Tempo sepanjang akhir pekan lalu di empat titik jalan yang disebutkan Mbah Dul, terlihat seluruhnya sudah diaspal ulang. Sisanya, seperti yang ada di Jalan Tambakrejo dan Gembong Jagalan, sisa-sisa batu tumbukan palu Mbah Dul masih terlihat.
Kepala Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, Erna Purnawati, berdalih perbaikan jalan tak bisa sekaligus. “Kami selalu mendahulukan jalan dengan tingkat kerusakan parah serta dimensi lubang yang besar,” kata dia.
Mbah Dul sendiri sempat libur beberapa hari pada pekan lalu. Penyebabnya, banyaknya tamu yang berkunjung ke rumahnya. Mulai dari warga biasa, organisasi, hingga Wali Kota. “Mereka banyak kasih uang, totalnya kira-kira Rp 7 juta,” kata dia senang.
Uang tersebut ia gunakan untuk menebus surat becak yang digadaikannya senilai Rp 4 juta. Sisanya digunakan belanja enam anaknya dan memenuhi kebutuhan hidupnya. “Alhamdulillah,” kata dia.
AVIT HIDAYAT | M. SYARRAFAH