Jadi Calon Penguasa Mataram, GKR Pambayun: Aja Nggege Mangsa

Reporter

Editor

Elik Susanto

Sabtu, 9 Mei 2015 06:45 WIB

Gusti Kanjeng Ratu Pembayun. Wikimedia.org

TEMPO.CO , Yogyakarta - Gusti Kanjeng Ratu Pembayun, yang namanya telah berubah menjadi GKR Mangkubumi, berkisah tentang gelar barunya itu. Setelah mendengar penjelasan ayahnya, Sultan Hamengku Buwono X, Jumat 8 Mei 2015, Pembayun menjelaskan ihwal nama dan tugas-tugasnya ke depan.

Menurut Pembayun, dengan gelar dan nama baru tugas atau beban yang diembannya lebih berat dalam menjaga kemegahan Mataram. Termasuk ketika dirinya diminta Sultan untuk duduk di Watu Gilang. “Karena saya diutus di situ (diperintah duduk di Watu Gilang),” kata Pembayun sembari membantah bahwa itu artinya ditunjuk sebagai putri mahkota Kerajaan Mataram. “Aja nggege mangsa (jangan mendahulu takdir). Tidak boleh.”



Pembayun lantas menguraikan maksud pemberian nama dan gelar baru itu. Menurutnya, gelar tersebut sama sekali tidak diketahui sebelumya. Dia hanya mengetahui pada 5 Mei 2015 diminta bersiap di Sitihinggil pukul 11.00, yaitu tempat Sultan memberi Dawuh Raja. “Saya baru tahu diganti nama ya pada saat itu diucapkan,” kata Pembayun.



Sabda Raja dan Dawuh Raja Sultan menimbulkan pro dan kontra di kalangan keraton. Adik-adik Sultan menolak dengan langkah Sultan itu. Sultan pun kemudian meluruskan keputusannya. Menurut Sultan, yang benar Dawuh Raja bukan Sabda Raja. Dawuh Raja adalah mengganti nama GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram.(baca: Berikut Isi Utuh Sabda Raja Yogya)



“Keduanya itu adalah perintah Gusti Allah melalui ayah dan leluhur saya. Itu ada satu hari sebelumnya (Sabda Raja dan Dhawuh Raja),” kata Sultan, yang menolak untuk menjelaskan seperti apa proses kemunculan perintah yang dianggap dari Tuhan itu. “Itu sangat pribadi. Ini semua hanya bisa dirasa, bukan dipikir. Kalau dipikir akan penuh kepentingan dan nafsu,” kata Sultan menguraikan.(baca:Sabda Raja dan Apa Makna di Balik Pergantian Gelar Sultan)

Berkaitan dengan penggantian nama Pembayun, Sultan juga membantah apabila penggantian itu diartikan mengangkat anak sulungnya itu sebagai putridmahkota dan menjadi raja yang kelak menggantikannya. Meski, Sultan mengakui, usai prosesi penggantian nama tersebut, Pembayun kemudian diminta duduk di kursi Watu Gilang.

Dalam tradisi di Keraton Yogya, orang yang duduk di Watu Gilang ditandai sebagai putra mahkota. “Ya, pokoknya saya menetapkan Pembayun dengan gelar itu. Lakunya nanti bagaimana, ya aku enggak tahu (apakah jadi putri mahkota atau jadi raja),” kata Sultan.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Advertising
Advertising

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

15 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

18 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

54 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

59 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya