Ontran-ontran Yogya dan Nasib Dana Keistimewaan

Reporter

Rabu, 6 Mei 2015 06:01 WIB

Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pimpin jalannya Pisowanan Ageng untuk menyambut logo baru Daerah Istimewa Yogyakarta di Keraton Yogyakarta, 7 Maret 2015. Meski meriah, namun acara tersebut tak dapat dihadiri seluruh keluarga Sultan HB X. TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO , Jakarta: Suhu politik di dalam Keraton Yogyakarta makin bertambah panas. Selasa, 5 Mei 2015 Sultan Hamengku Buwono X menganugerahi puteri sulungnya, GKR Pembayun, dengan nama baru, GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram. Penganugerahan ini disebut-sebut sebagai prosesi pengangkatan puteri sulungnya sebagai putera mahkota.

Pekan lalu, Raja Keraton Yogyakarta itu mengeluarkan Sabda Raja. Isinya adalah penghapusan gelar sebagai pemimpin agama (Khlaifatulah) dan pengubahan gelar nama Buwono menjadi Bawono. Sabda Raja itu langsung mendapat penolakan dari kerabat keraton lain, terutama dari saudara-saudara Sultan HB X yang berbeda ibu.

Banyak pihak khawatir ontran-ontran di Keraton Yogyakarta ini. berdampak pada status keistimewaan yang diatur Undang-Undang Keistimewaan DIY Nomor 32 tahun 2012. “Status keistimewaan dalam UU itu bukan tak mungkin diamandemen lagi, dan bisa berdampak besar termasuk pada nasib dana keistimewaan,” ujar tokoh masyarakat Mantrijeron yang juga pimpinan lembaga Jaringan Masyarakat Peduli Keistimewaan, ‘Ayodya’ Kyai Haji Muhammad Jazir.

Jazir memprediksikan, dana keistimewaan Rp 500 miliar setahun berpotensi dihapus dari paket UU Keistimewaan ketika kondisi internal keraton terbelah. Padahal, pemberian UU Keistimewaan pada tahun 2012, dalam konteks melibatkan aspek kesejarahan DIY terutama di masa kepemimpinan Sultan HB IX. Termasuk keistimewaan dalam segala tatanan adat yang dianut keraton.

“Jadi jika di satu sisi Sultan HB X ingin perubahan paugeran itu, sementara lainnya tak mengakui perubahan itu, persepsinya ada kerajaan baru dan UU Keistimewaan bisa ditinjau ulang termasuk dana keistimewaan,” ujarnya.

Menurut Jazir, warga tidak terlalu mempermasalahkan bagaiman keraton menyikapi paugeran itu asalkan solid dan jangan sampai terbelah. Dikhawatirkan ketika tatanan adat internal keraton sudah masuk ranah penyelesaian politik atau hukum, katanya, akan menjadi komoditas yang bisa dimanfaatkan kelompok tertentu.

Terutama bagi partai-partai politik, katanya, pecahnya keraton ini bisa jadi komoditas untuk berbagai kepentingan, yang jadi korban masyarakat.

Ketua Dewan Pembina Paguyuban Dukuh se Gunungkidul ‘Janaloka’ Sutiyono menuturkan Sultan HB X sebagai raja sekaligus gubernur memang sah-sah saja mengeluarkan sabda raja termasuk mengubah paugeran juga gelar.

“Kami berharap raja mempertimbangkan dampak di masyarakat akibat polemik perubahan itu, tak hanya soal dana keistimewaan tapi juga soal pengelolaan tanah-tanah adat keraton nanti,” ujarnya.

Sutiyono menuturkan, selama ini masyarakat kompak memperjuangkan UU Keistimewaan dengan harapan terwujudnya kesejahteraan yang lebih merata melalui dana keistimewaan. Soal tanah-tanah adat keraton yang dikelolakan sebagai tanah kas desa pun juga masih seizing keraton.

“Kalau keraton terbelah, masyarakat bingung siapa yang akan jadi acuan, karena semua urusan selama ini kan sudah dibagi tugasnya oleh kerabat,” ujar dia.

PRIBADI WICAKSONO


Berita terkait

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

1 hari lalu

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

13 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

21 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

22 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

24 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

33 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

47 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

53 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

53 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

54 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya