Opini: Presiden Jokowi Ditantang Debat Ilmuwan Oxford

Reporter

Senin, 2 Maret 2015 03:16 WIB

Ilustrasi hukuman mati.huffingtonpost.com

CLAUDIA STOICESCU, Kandidat PhD University of Oxford
(claudia.stoicescu@spi.ox.ac.uk)

***
PERNYATAAN Presiden Joko Widodo mengenai situasi “darurat narkotika nasional” yang mengarah pada keharusan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana narkotika didasarkan pada perhitungan statistik yang patut dipertanyakan. Jokowi, baru-baru ini, mengutip beberapa angka yang mengagumkan; Indonesia butuh merehabilitasi 4,5 juta warganya atas penggunaan narkotika secara illegal, dan 40 sampai 50 orang anak bangsa meninggal dunia setiap harinya karena sebab yang sama.

Jokowi berargumen untuk memerangi situasi “darurat” yang ditampilkan oleh angka-angka tersebut di atas dibutuhkan penerapan pendekatan tanpa-kompromi dan punitif. Hasilnya adalah bulan lalu ia memerintahkan agar enam pengedar narkotika yang telah divonis hukuman mati untuk dieksekusi oleh regu tembak. Ia juga berjanji akan menolak permohonan grasi 60 lebih terpidana mati lainnya.

Jokowi mengabaikan protes dari kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia dan permohonan dari pemerintah Australia yang dua warga negaranya, yaitu Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, yang kasusnya dikenal dengan julukan Bali Nine, yang dalam waktu dekat akan menghadapi regu tembak. Padahal, upaya pemerintahan Jokowi untuk menunjukkan bahwa hukuman mati bagi pelaku tindak pidana narkotika sebagai suatu kebijakan yang berbasiskan bukti, gagal karena satu hal yang paling utama: bukti yang mendasari kebijakan tersebut.

Angka-angka yang dikutip oleh Jokowi didasarkan pada penelitian yang dilaksanakan dengan metode-metode yang perlu dipertanyakan secara ilmiah serta pengukuran yang tidak spesifik. Para penasihat pemerintah “memilih-milih” data yang tersedia untuk mendukung pernyataan “situasi darurat narkotika”, untuk akhirnya memberikan pembenaran pada kebijakan yang tidak efektif namun menguntungkan secara politis.

BERIKUTNYA: Dua 'Kesembronoan' Jokowi

*) Versi lebih ringkas pendapatnya telah diterbitkan di Koran Tempo, Sabtu (28/1), dengan judul “Darurat Narkotik atau Darurat Data?” dan The Conversation.

Berita terkait

Terpopuler: Ledakan Smelter PT KFI Ancam Keselamatan Warga, Pemerintah Klaim Pembebasan Lahan IKN Tidak Melanggar HAM

3 jam lalu

Terpopuler: Ledakan Smelter PT KFI Ancam Keselamatan Warga, Pemerintah Klaim Pembebasan Lahan IKN Tidak Melanggar HAM

Terpopuler bisnis: Keselamatan warga sekitar terancam karena smelter PT KFI kerap meledak. Pemerintah klaim pembebasan lahan IKN tidak melanggar HAM.

Baca Selengkapnya

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

12 jam lalu

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

Luhut mengungkap itu lewat pernyataannya bahwa World Water Forum di Bali harus menghasilkan, apa yang disebutnya, concrete deliverables.

Baca Selengkapnya

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

13 jam lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

13 jam lalu

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

Partai Golkar Sumut optimistis PDIP akan mengusung Musa Rajekshah dalam Pilgub Sumut 2024.

Baca Selengkapnya

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

15 jam lalu

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin belum mengetahui di bidang apa Grace Natalie dan Juri Ardiantoro akan ditugaskan.

Baca Selengkapnya

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

15 jam lalu

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

Satgas Pelaksana Pembangunan Infrastruktur IKN menyebut rumah dinas menteri di IKN bisa ditambah jika presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk kementerian baru. Pengamat menilai hal ini sebagai bentuk pemborosan anggaran.

Baca Selengkapnya

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

17 jam lalu

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

Noel mengutip puisi karya Presiden Pertama RI Soekarno, untuk mengkritik PDIP yang tidak mengundang Jokowi di Rakernas

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Revisi Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

20 jam lalu

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Revisi Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

Presiden Jokowi sampai memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag 36/2023.

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

21 jam lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

22 jam lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya