Tak Perlu Cemburui Jokowi, PDIP Harus Ikhlas  

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Rabu, 4 Februari 2015 10:34 WIB

Presiden Joko Widodo memberikan sambutannya dalam konferensi pers peresmian kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di Gedung BKPM, Jakarta, 26 Januari 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior Center for Strategic and International Studies, J. Kristiadi, mengatakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan harus mengikhlaskan Presiden Joko Widodo menjalankan mandatnya. Artinya, PDIP dilarang mengintervensi Jokowi ihwal jatah kursi di pemerintahan.

Kristiadi menjelaskan, bila Jokowi berhasil menjalankan program Nawa Cita, citra PDIP terangkat. Kemungkinan memenangi pemilihan umum pada 2019 semakin besar. "Orang-orang PDIP cemburu tidak dapat kekuasaan. Dia harus rela bahwa kadernya itu untuk rakyat," kata Kristiadi kepada Tempo, Rabu, 4 Februari 2015.

Bila partai berlambang banteng itu terus mengganggu dan ribut sendiri, kata Kristiadi, kinerja Jokowi bakal terganggu. Bukan tidak mungkin Jokowi dinilai gagal menjalankan program kerjanya. "Kalau Jokowi gagal, PDIP juga gagal pada pemilu mendatang," ujarnya.

Terbukti, dalam riset seratus hari pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla oleh Lembaga Survei Indonesia pada akhir Januari 2015, tingkat elektabilitas Jokowi turun menjadi 42,29 persen dibandingkan Agustus 2014. Sebanyak 53,71 persen responden menyatakan tidak puas atas kinerja seratus hari pemerintahan Presiden Jokowi.

Sejak Agustus 2014, atau sebulan setelah Jokowi memenangi pemilu presiden pada 9 Juli 2014, tren elektabilitas Jokowi menurun. Di antaranya, pada Agustus 2014, elektabilitas Jokowi mencapai 71,73 persen; November 2014 turun menjadi 44,94 persen; dan pada Januari 2015 kembali anjlok menjadi 42,29 persen.

Menurut LSI, ada tiga rapor merah Jokowi, antara lain bidang hukum, ekonomi, dan politik. Tingkat kepuasannya masing-masing sebanyak 40,11 persen; 47,29 persen; dan 45,30 persen. Survei ini digelar LSI pada 26-27 Januari lalu. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan melibatkan 1.200 responden di 33 provinsi.

DEWI SUCI RAHAYU

Berita terkait

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

5 jam lalu

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

Luhut mengungkap itu lewat pernyataannya bahwa World Water Forum di Bali harus menghasilkan, apa yang disebutnya, concrete deliverables.

Baca Selengkapnya

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

6 jam lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

6 jam lalu

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

Partai Golkar Sumut optimistis PDIP akan mengusung Musa Rajekshah dalam Pilgub Sumut 2024.

Baca Selengkapnya

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

8 jam lalu

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin belum mengetahui di bidang apa Grace Natalie dan Juri Ardiantoro akan ditugaskan.

Baca Selengkapnya

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

8 jam lalu

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

Satgas Pelaksana Pembangunan Infrastruktur IKN menyebut rumah dinas menteri di IKN bisa ditambah jika presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk kementerian baru. Pengamat menilai hal ini sebagai bentuk pemborosan anggaran.

Baca Selengkapnya

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

10 jam lalu

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

Noel mengutip puisi karya Presiden Pertama RI Soekarno, untuk mengkritik PDIP yang tidak mengundang Jokowi di Rakernas

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Revisi Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

13 jam lalu

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Revisi Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

Presiden Jokowi sampai memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag 36/2023.

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

14 jam lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

15 jam lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sampai Pimpin Rapat Revisi Ketiga Permendag 36/2023, Ada Apa?

15 jam lalu

Jokowi Sampai Pimpin Rapat Revisi Ketiga Permendag 36/2023, Ada Apa?

Presiden Jokowi memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Permendag 36/2023tentang larangan pembatasan barang impor.

Baca Selengkapnya