Presiden Jokowi didampingi (Ki-Ka) Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menko Perekonomian Sofyan Jalil mengumumkan turunnya harga BBM di halaman Istana, Jakarta, 16 Januari 2015. Harga baru premium akan menjadi Rp. 6600 dan solar Rp 6400 perliter. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Masinton Pasaribu, menuding ada orang yang sengaja menghalau jalur komunikasi dengan Presiden Joko Widodo. Orang-orang tersebut berada di ring-1 Istana, yaitu Sekretariat Kabinet, Kementerian Sekretariat Negara, dan Kantor Staf Kepresidenan.
"Mereka itu Brutus-Brutus yang akan menghancurkan Jokowi," kata Masinton di Menteng, Kamis, 29 Januari 2015. Masinton merujuk pada tokoh sejarah Marcus Junius Brutus, salah seorang di balik konspirasi pembunuhan Julius Cesar, kaisar Romawi Kuno. (Baca: Kata Prabowo Soal Pertemuan dengan Jokowi di Bogor)
Masinton sendiri enggan menyebutkan langsung nama pejabat di tiga tempat tersebut. Alasannya, tak etis membeberkan nama. Akan tetapi, ia memastikan tiga orang yang menjadi penghalang komunikasi bukanlah kader partai berlambang kepala banteng tersebut.
Tiga lembaga tersebut memang diketuai orang dari luar PDIP. Jokowi menempatkan politikus Golkar, Luhut Binsar Panjaitan, sebagai Kepala Staf Presiden, dosen Universitas Gadjah Mada Pratikno sebagai Menteri Sekretaris Negara, dan dosen Universitas Indonesia Andi Widjajanto sebagai Sekretaris Kabinet.
Orang-orang di sekitar Jokowi tersebut dinilai sengaja menjauhkan jangkauan dan pengaruh PDIP dari Istana. Masinton menilai sikap tersebut akan membuat Jokowi menjadi lemah dan rentan.
Tak hanya PDIP, tiga lembaga tersebut juga dituding sengaja menjauhkan komunikasi Jokowi dengan partai koalisi. Jokowi menjadi tanpa dukungan politik saat menghadapi segala masalah dan mengambil keputusan. (Baca: Temui Jokowi, Kompolnas Sodorkan Pengganti Budi?)
Atas alasan ini juga, menurut Masinton, tak mungkin PDIP atau partai koalisi memberikan tekanan kepada Jokowi. Justru orang di ring-1 yang memberikan tekanan sehingga Jokowi semakin bingung dalam mengambil keputusan.