Ucapan Tedjo, Berarti Pendukung Jokowi Gak Jelas?

Reporter

Senin, 26 Januari 2015 05:18 WIB

Massa anti korupsi bertopeng Wakil Ketua KPK Bambang Widjajanto, membawa karikatur dalam aksinya di halaman Gedung KPK, Jakarta Selatan, 24 Januari 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno berkomentar mengenai gerakan massa untuk penyelamatan Komisi Pemberantasan Korupsi. Menurut dia, KPK akan kuat jika justru didukung oleh konstitusi yang berlaku. “Bukan dukungan rakyat yang enggak jelas itu,” ujar dia di Istana Negara, Sabtu lalu. Baca: Menteri Tedjo: KPK Didukung Rakyat Tak Jelas)



Ucapan Tedjo itu menanggapi massa dan tokoh pro-demokrasi pada Jumat lalu secara bergelombang berdatangan ke kantor komisi antirasuah di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Mereka berkumpul untuk memberi dukungan setelah wakil ketua komisi itu, Bambang Widjojanto, ditangkap polisi pada pagi harinya.


Peneliti Cyrus Network Hasan Batupahat bereaksi atas pernyataan Menteri Polhukam. " Tedjo ngomong rakyat gak jelas, itu ( pendukung KPK ) yang milih Jokowi lho. Berarti yang milih Jokowi gak jelas?" ujarnya.



Direktur Pusaka Trisakti Fahmi Habsyi mengatakan pernyataan Tedjo berpotensi memanaskan situasi tegang antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Polri. Ia meminta Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, mengingatkan Tedjo Edhie. Sebelum menjadi menteri, Tedjo adalah politikus dari partai itu. “Saya harap Surya Paloh mengingatkan Menko Polhukam agar bisa jadi ‘pemadam kebakaran’ konflik saat ini,” kata Fahmi.


Juru bicara Partai Golkar, Tantowi Yahya, mengatakan masyarakat yang datang ke gedung KPK memiliki tujuan jelas, yaitu mendukung pemberantasan korupsi. “Saya rasa yang datang di KPK tokoh yang jelas, orang-orang yang memiliki pengikut,” kata Tantowi di Jakarta, kemarin. Dia meminta Presiden Joko Widodo untuk berkoordinasi dengan para menterinya agar berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan.


Advertising
Advertising


Menanggapi kecaman itu Tedjo Edhy menyatakan Indonesia adalah negara hukum, bukan negara opini. Hal ini disampaikan untuk menunjukan alasan pemerintah mengambil posisi pada prosedur dan hukum saat bersikap atas polemik Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Kepolisian.

"Di dalam Negara Demokrasi tidak ada satu Lembaga pun yang merasa benar sendiri dan tidak bisa dikontrol maupun disentuh oleh hukum," kata Tedjo melalui Rilis, Ahad, 25 Januari 2015.

Ia menilai KPK dan Polri justru yang harus membuang jauh ego sektoral dalam polemik yang terjadi. Kedua lembaga harusnya lebih mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan kepentingan ego masing-masing. (Baca: Ini Negara Hukum Bukan Opini)



DEWI SUCI RAHAYU M. MUHYIDDIN |INDRA WIJAYA


KPK vs Polri, Samad: Apa yang Jamin Saya Selamat


KPK Vs Polri: Ada Buaya Moncong Putih


Ganjar Anggap KPK Gegabah Terhadap Budi Gunawan


Kuatnya KPK Bikin Koruptor Khawatir,Lalu Bersatu


Berita terkait

KPK Tengah Telusuri Aliran Uang dalam Kasus Dugaan Proyek Fiktif di Telkomsigma

9 menit lalu

KPK Tengah Telusuri Aliran Uang dalam Kasus Dugaan Proyek Fiktif di Telkomsigma

KPK tengah menelusuri aliran uang dalam kasus dugaan korupsi di anak usaha PT Telkom, Telkomsigma.

Baca Selengkapnya

Kala Jokowi Menjadi Sopir Gubernur Jenderal Australia Keliling Kebun Raya Bogor

17 menit lalu

Kala Jokowi Menjadi Sopir Gubernur Jenderal Australia Keliling Kebun Raya Bogor

Jokowi menjadi sopir Gubernur Jenderal Australia David Hurley saat mengendarai mobil golf mengelilingi Kebun Raya Bogor

Baca Selengkapnya

Temui Jokowi, Ini Profil Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin

39 menit lalu

Temui Jokowi, Ini Profil Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin

Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin bertemui Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta pada Kamis, 16 Mei 2024. Untuk apa?

Baca Selengkapnya

Surati Jokowi Soal Pansel KPK, Muhammadiyah Sebut Istana Belum Respons

54 menit lalu

Surati Jokowi Soal Pansel KPK, Muhammadiyah Sebut Istana Belum Respons

PP Muhammadiyah belum mendapatkan balasan surat dari Jomowi soal usulan mereka mengenai pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK.

Baca Selengkapnya

Jokowi Terima Lawatan Gubernur Jenderal Australia di Istana Bogor

55 menit lalu

Jokowi Terima Lawatan Gubernur Jenderal Australia di Istana Bogor

Presiden Jokowi menyambut kunjungan kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang Bakal Diganti dengan KRIS

1 jam lalu

Perbedaan Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang Bakal Diganti dengan KRIS

Jokowi resmi mengganti sistem kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan dengan sistem kelas rawat inap standar (KRIS). Apa perbedaannya?

Baca Selengkapnya

Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat atas Pelantikan PM Singapura Lawrence Wong

1 jam lalu

Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat atas Pelantikan PM Singapura Lawrence Wong

Presiden Jokowi menyatakan Indonesia siap untuk melanjutkan kerja sama baik dengan Singapura.

Baca Selengkapnya

Jokowi Terima Kunjungan Gubernur Jenderal Australia pada Pagi Ini

3 jam lalu

Jokowi Terima Kunjungan Gubernur Jenderal Australia pada Pagi Ini

Gubernur Jenderal Australia menjadikan pertemuan dengan Jokowi sebagai bagian rangkaian untuk merayakan 75 tahun hubungan diplomatik dengan Indonesia.

Baca Selengkapnya

LHKPN Janggal Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, KPK: Harta Rp 6 Miliar Tapi Bisa Beri Pinjaman Rp 7 Miliar?

5 jam lalu

LHKPN Janggal Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, KPK: Harta Rp 6 Miliar Tapi Bisa Beri Pinjaman Rp 7 Miliar?

KPK telah menjadwalkan pemanggilan eks Kepala Bea Cukai Purwakarta pekan depan untuk mengklarifikasi kejanggalan LHKPN.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Rumah Adik Syahrul Yasin Limpo di Makassar, Setelah Sita 1 Rumah SYL

7 jam lalu

KPK Geledah Rumah Adik Syahrul Yasin Limpo di Makassar, Setelah Sita 1 Rumah SYL

Nilai rumah mewah Syahrul Yasin Limpo yang disita KPK di Makassar tersebut diperkirakan sekitar Rp4,5 miliar.

Baca Selengkapnya