Koalisi Pro-Jokowi Berebut Kursi Pimpinan DPR

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Senin, 19 Januari 2015 06:05 WIB

Megawati Soekarnoputri, Jokowi dan Puan Maharani berfoto dengan partai pendukung usai pembukaan Rakernas PDIP ke-IV di Semarang, Jateng, 19 September 2014. Selain partai pendukung Jokowi-JK, pembukaan Rakernas PDIP juga dihadiri 2 partai Koalisi Merah Putih yaitu PPP dan PAN. Tempo/Budi Purwanto

TEMPO.CO, Jakarta- Partai koalisi pendukung pemerintah tak kunjung bersepakat mengenai penempatan wakil mereka di sejumlah pimpinan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat. Persoalan itu membuat pimpinan DPR menunda penetapan perubahan formasi pimpinan.

Sekretaris Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Bambang Wuryanto mengakui pembahasan itu belum menemukan kata putus. "Belum semuanya selesai, karena itu sampai sekarang masih kami komunikasikan terus," ujarnya kepada Tempo, akhir pekan lalu. (Baca:Kubu Zulkifli Janji PAN Tetap di Koalisi Prabowo)

Kursi pimpinan seluruh alat kelengkapan DPR akan ditambah setelah pasca revisi Undang-Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Penambahan itu disepakati guna mengakomodasi tuntutan partai pendukung pemerintah lantaran partai pendukung Prabowo menyapu bersih seluruh pimpinan alat kelengkapan.

Berdasarkan kesepakatan, kata Bambang, partai koalisi pemerintah mendapatkan jatah 21 kursi pimpinan. Sebelas di antaranya untuk wakil pimpinan komisi dan sisanya untuk wakil pimpinan badan. "Penambahan kursi pimpinan dibagi secara proporsional sesuai perolehan kursi asing-masing partai," katanya. (Baca:Regenerasi Mandek, Partai Indonesia Terlihat Kuno)

Alokasi kursi untuk masing-masing partai bertambah lantaran Partai NasDem menolak untuk menempatkan wakil mereka. Alhasil, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mendapatkan jatah sepuluh kursi, lima untuk Partai Kebangkitan Bangsa, empat untuk Partai Persatuan Pembangunan dan dua untuk Hanura.

Fraksi pendukung pemerintah sedianya telah menyepakati jatah alokasi kursi itu sebelum reses. Namun berubah karena permintaan sejumlah fraksi. "Tak semua kawan-kawan puas. Tapi kita harus tetapkan segera lantaran berkejaran dengan agenda pembahasan APBNP," kata Bambang.

Protes itu datang dari Partai Hati Nurani Rakyat. Mereka menolak keputusan rapat yang mengalokasikan wakil mereka di Badan Legislatif dan Badan Urusan Rumah Tangga. "Kami meminta kursi untuk wakil pimpinan komisi, tak cuma badan," ujar Sekretaris Fraksi Hanura, Dadang Rusdiana. (Baca:Jokowi Gampang Diobok-obok, Ini Sebabnya)

Menurut Dadang, permintaan itu merupakan hal yang wajar lantaran seluruh partai koalisi mendapatkan jatah wakil pimpinan untuk komisi dan badan. Karena itu, Hanura rela melepas jatah mereka memimpin BURT asalkan diganti dengan jatah wakil pimpinan untuk Komisi VI.

Bukan tanpa alasan jika Hanura mengincar posisi tersebut. Kursi itu diinginkan supaya Hanura bisa mengawal kebijakan pemerintah seputar persoalan industri. "Kami ingin mengawal program pemerintah. Kader kami kan sekarang duduk sebagai Menteri Perindustrian," katanya.

Penjatahan kursi juga sempat memunculkan masalah bagi Partai Persatuan Pembangunan. Pemicunya tak lain karena partai berlambang ka'bah itu tengah didera sengketa kepengurusan partai antara DPP hasil Muktamar Surabaya dan DPP hasil Muktamar Jakarta.

Di rapat koalisi, PPP disepakati mendapatkan jatah empat kursi untuk Komisi I, IX, X dan BKSAP. Namun secara internal mereka membuat kesepakatan lain yang membagi kursi untuk dua kubu secara proporsional. "Ada kemungkinan di bagi dua," ujar Ketua Fraksi, Hasrul Azwar.

Pendukung Muktamar Jakarta berencana menempatkan Syaifullah Tamliha sebagai calon Wakil Pimpinan Komisi I, dan Ermalena untuk wakil pimpinan Komisi IX. Sementara kubu Muktamar Jakarta meminta Dimyati duduk sebagai wakil BURT dan Efiardi untuk Badan Anggaran.

Namun usulan nama yang dibahas internal fraksi itu ditolak rapat koalisi. "Kursi ini kan sengaja diberikan untuk memfasilitasi tuntutan partai pendukung pemerintah. Kalau platform mereka berbeda, lebih baik mereka meminta jatah kepada koalisi yang mereka dukung," kata Bambang.

Untuk menghindari polemik yang berkepanjangan, kata Bambang, partai koalisi baiknya menerima kesepakatan awal yang dibuat tanggal 6 Desember lalu. Jika dinilai belum memuaskan, formasi itu bisa saja diuba di tengah jalan. "Ini seperti puzzle. Geser yang satu harus geser yang lain," ujarnya.

Namun tawaran itu ditolak Hanura. Mereka bahkan telah melayangkan surat pemberitahuan kepada pimpinan DPR yang menjelaskan wakil yang akan mereka tempatkan di komisi VI. "Mestinya ditentukan di awal. Mengangkat seseorang jauh lebih mudah ketimbang menurunkannya," katanya.

RIKY FERDIANTO

Baca berita lainnya:
Jika Budi Gunawan Batal Dilantik, Jokowi Pilih 8 Calon Ini

'Jokowi Jadi Presiden karena Mega, Itu Tak Gratis'

Pakaian Putih, Terpidana Bertanda Tembak di Dada

Pencopotan Suhardi Itu Perintah Terakhir Sutarman

Berita terkait

Ragam Pendapat Pakar Soal Komposisi Kabinet Prabowo-Gibran

8 jam lalu

Ragam Pendapat Pakar Soal Komposisi Kabinet Prabowo-Gibran

Prabowo-Gibran diminta memperhatikan komposisi kalangan profesional dan partai politik dalam menyusun kabinetnya.

Baca Selengkapnya

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

9 jam lalu

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Redistribusi Tanah Rampung Tahun Depan: Presiden Baru Hanya Urus Sedikit

10 jam lalu

Jokowi Sebut Redistribusi Tanah Rampung Tahun Depan: Presiden Baru Hanya Urus Sedikit

Jokowi mengatakan selama 10 tahun dia menjabat sebagai presiden urusan konflik tanah selalu menjadi keluhan utama warga.

Baca Selengkapnya

Warga Desa Temurejo Tagih Sertifikat Tanah ke Jokowi: Mohon Diselesaikan Sebelum Turun Jabatan

10 jam lalu

Warga Desa Temurejo Tagih Sertifikat Tanah ke Jokowi: Mohon Diselesaikan Sebelum Turun Jabatan

Presiden Jokowi ditagih sertifikat tanah oleh warga dalam kunjungan kerja ke Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Ma'ruf Amin Dukung Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Olimpiade Paris 2024 Usai Gagal ke Final Piala Asia U-23 2024

11 jam lalu

Jokowi dan Ma'ruf Amin Dukung Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Olimpiade Paris 2024 Usai Gagal ke Final Piala Asia U-23 2024

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin tetap memberikan dukungan semangat kepada Timnas U-23 Indonesia bisa lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Tunjuk Pamannya Jadi Plh Sekda Kota Medan, Berikut Sederet Kontroversi Bobby Nasution

12 jam lalu

Tunjuk Pamannya Jadi Plh Sekda Kota Medan, Berikut Sederet Kontroversi Bobby Nasution

Bobby Nasution kembali menuai kontroversi setelah melantik pamannya menjadi Sekda Kota Medan. Ini deretan kontroversinya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kunker ke Banyuwangi, Bakal Serahkan Sertifikat Tanah Elektronik

13 jam lalu

Jokowi Kunker ke Banyuwangi, Bakal Serahkan Sertifikat Tanah Elektronik

Presiden Jokowi bertolak ke Banyuwangi, Jawa Timur, untuk kunjungan kerja.

Baca Selengkapnya

CEO Microsoft Temui Jokowi, Menkominfo: Komitmen Investasinya Rp 28 T

14 jam lalu

CEO Microsoft Temui Jokowi, Menkominfo: Komitmen Investasinya Rp 28 T

Menteri komunikasi dan informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi mengungkap jumlah investasi Microsoft di Indonesia sebesar $1,7 miliar.

Baca Selengkapnya

Ini Pertimbangan Hakim Tolak Gugatan terhadap Rocky Gerung

15 jam lalu

Ini Pertimbangan Hakim Tolak Gugatan terhadap Rocky Gerung

Hakim menilai pernyataan Rocky Gerung sebagai kritik terhadap kebijakan publik, bukan serangan personal terhadap individu.

Baca Selengkapnya

Antusiasme Warga Nobar Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

15 jam lalu

Antusiasme Warga Nobar Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Jokowi dan beberapa menteri nonton bareng laga Timnas Indonesia vs Uzbekistan di Piala Asia U-23 2024. Nobar pun dilakukan di banyak tempat semalam.

Baca Selengkapnya