Relawan membawa panci bubur ayam untuk posko pengungsi di Bojongsoang, Bandung, Jabar, 25 Desember 2014. Hampir sepekan banjir luapan Sungai Citarum di Bandung Selatan memaksa lebih dari 10.000 warga di Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Baleendah untuk mengungsi. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat Deddy Wijaya mengatakan banjir Sungai Citarum selalu terjadi setiap tahun dan tidak pernah selesai. Menurutnya, perusahaan swasta banyak yang bersedia mengucurkan dana CSR untuk membantu menyelesaikan masalah banjir Sungai Citarum. "Tinggal pemerintahnya bagaimana?" kata dia Jumat, 26 Desember 2014.
Deddy mengatakan banjir di Bandung selatan itu menyebabkan pabrik banyak yang terpaksa tidak beroperasi, karyawan terpaksa diliburkan, hingga terhambatnya pengiriman barang. Kondisi itu diperparah dengan melemahnya daya beli masyarakat. "Produksi manufaktur sekarang ini penjualannya berkurang 10 persen sampai 20 persen," kata dia.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan membentuk Satuan Tugas Penanggulangan Banjir Citarum yang bertugas menyusun Road Map penyelesaian bencana banjir yang menjadi langganan di wilayah Bandung selatan. "Saya kasih waktu seminggu. Minggu depan sudah presentasi di pusat," kata dia selepas memimpin rapat penanganan banjir itu di Gedung Sate, Bandung, Senin, 22 Desember 2014. (Baca juga:Banjir Bandung Selatan Semakin Parah)
Selain sejumlah Organisasi Perangkat Daerah yang berurusan dengan infrastruktur sungai dan jalan, rapat itu juga dihadiri oleh perwakilan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Balai Besar Jalan Nasional, Perum Perhutani, PTPN, Kodam III/Siliwangi, Polda Jawa Barat, serta Wakil Bupati Bandung. Rapat itu menyepakati penyusunan Road Map yang akan diserahkan pada pemerintah pusat.
Gubernur dengan sapaan Aher itu mengatakan rencana penanggulangan banjir akan dilakukan seimbang antara hulu dan hilir. Program itu meliputi normalisasi daerah konservasi, normalisasi sungai dalam jangka panjang, serta pembuatan cek, dam, serta polder. "Satu di antaranya yang terbesar itu Polder Cieunteung, kurang-lebih 5 hektare akan dibangun. Kita akan usulkan ke pusat untuk dibangun juga polder lainnya yang lebih kecil," katanya. (Baca juga: Pengungsi Banjir Bandung Kekurangan Terpal)