Pemanasan Global Ancam Menenggelamkan Pulau  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Rabu, 12 November 2014 07:55 WIB

Sejumlah pelajar mengamati replika kondisi bumi akibat pemanasan global dalam Green Festival di Jakarta, (5/12). Kampanye lingkungan hidup ini akan berlangsung hingga hari Minggu besok. ANTARA/Puspa Perwitasari
<!--more-->
Menurut dia, kenaikan permukaan air laut menyebabkan kerusakan infrastruktur di daerah pesisir. Contohnya adalah bandar udara. Selain itu, dampak perubahan iklim yang cukup terasa adalah perubahan pola curah hujan. Di satu daerah tertentu tingkat curah hujannya tinggi, sedangkan di suatu daerah lainnya tingkat curah hujan rendah, sehingga terjadi kekeringan. (Baca:Masyarakat Masih Awam dengan Isu Perubahan Iklim)

Perubahan iklim tak hanya menimbulkan kerusakan infrastruktur. Tapi, juga kesehatan, kualitas hidup, dan mengancam nyawa manusia. Efek lain adalah migrasi atau perpindahan penduduk. "Untuk indonesia sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup banyak spesies terutama di daerah equator," kata dia.

Para ilmuwan menetapkan kenaikan suhu yang bisa ditoleransi sebesar dua derajat Celsius. Perlu usaha keras dari pemerintah, komunitas, dan individu untuk menekan emisi karbon penyebab perubahan iklim.

Director Centre for Climate Risk and Opportunity Management in Southeast Asia Pasific, Rialdi Boer, mengatakan perlu upaya serius di tingkat global untuk mencegah kenaikan suhu permukaan bumi lebih dari dua derajat Celsius.

<!--more-->
Perubahan iklim, kata dia, sulit dikendalikan dan memerlukan biaya investasi untuk adaptasi yang sangat mahal. Semua negara perlu terus membangun dengan pola yang rendah emisi. (Baca:Jurnalis AJI Bakal Liput Konferensi Iklim di Peru)

Menurutnya, Indonesia terus berkomitmen mengurangi emisi karbon. Dengan dukungan kalangan internasional, target penurunan emisi karbon sebesar 41 persen. Indonesia tahun 2000, emisi karbon per kapita lebih dari lima ton.

Kalau pemerintah tidak serius dan tidak punya strategi bagus untuk mengatasinya, maka pada 2020 emisi karbon bisa mencapai 11 ton. Sedangkan, target global emisi karbon per kapita mencapai 1,72 ton pada 2050. "Perlu upaya serius lewat kebijakan yang didukung sains yang kuat," kata peneliti Institut Pertanian Bogor ini.

Dia mengatakan, untuk mengatasi perubahan iklim lewat teknologi baru membutuhkan waktu yang lama. Hal yang lebih penting adalah mengubah perilaku masyarakat untuk melakukan upaya mitigasi yang sifatnya tidak ada penyesalan ketika melakukannya. Misalnya penghematan energi, pengelolaan sumber daya lahan, dan pengelolaan hutan. "Sebanyak 60 persen emisi karbon disumbang dari penggunaan hutan. Mitigasi dan adaptasi sama pentingnya," kata dia.

SHINTA MAHARANI

Berita terpopuler lainnya:
Obama Pilih Jokowi, Bukan Putin atau Xi Jinping

Obama Sapa Jokowi: 'Aku Ngantuk'

Akhirnya Iriana Widodo Tampil di APEC

Ahok: FPI Tak Cerminkan Islam Rahmatan lil alamin

Menteri Susi Ternyata Pernah Jadi Buronan Polisi

Jokowi Cerita ke Obama Soal SD Menteng

Berita terkait

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.

Baca Selengkapnya

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?

Baca Selengkapnya

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.

Baca Selengkapnya

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.

Baca Selengkapnya