TEMPO.CO, Kuningan - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan menyatakan seluas 5.743 hektare di Kabupaten Kuningan rawan bencana alam. Sekitar 2.000 hektare di antaranya rawan longsor dan 3.743 rawan letusan gunung api dan kebakaran hutan. (Baca juga: Garut, Daerah Paling Rawan Bencana di Indonesia)
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kuningan Ayip Sutrisno mengatakan lokasi daerah rawan longsor berada di 14 kecamatan. Yaitu Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, Cilebak, Subang, Selajambe, Cimahi, dan Darma. Selanjutnya Kecamatan Ciniru, Ciwaru, Hantara, Kadugede, Karang Kancana, Garawangi, Maleber, dan Nusaherang.
Daerah tersebut merupakan daerah perbukitan dengen kondisi kemiringan 30-50 derajat, dengan kontur tanah merah dan ancaman gerakan tanah. "Setiap bulan kami memetakan daerah rawan bencana alam, terutama menghadapi musim hujan," ujar Ayip, Jumat, 7 November 2014.
Selain itu, Ayip mewaspadai kebakaran hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Ceremai dan beberapa wilayah lainnya di seputar lereng Gunung. Terutama di daerah Cilimus, Mandirancan, Pancalang. Kekeringan berpotensi di daerah Ciawigebang, Cidahu, Cimahi. Sedangkan ancaman banjir di Kecamatan Cibingbin dan Cimahi terutama Desa Mekarjaya, Sukajaya, Cikeusal, dan Cimahi.
Mengantisipasi bencana itu, kata dia, BPBD telah melakukan sosialisasi tentang cara penanggulangan bencana. Hal ini untuk mengurangi dampak buruk bahkan menghindarkan adanya korban jiwa. "Kami minta mereka untuk siap cegah siaga bencana," ujarnya.
Pelaksana Sekretaris sekaligus Kepala Penggelola Informasi dan Dokumentasi BPBD Kuningan, Sri Ucu Sukmawati, menjelaskan bencana longsor terakhir terjadi pada 23 Oktober lalu di Desa Legok Herang, Kecamatan Cilebak. Tebing setinggi 3 meter mengalami longsor sepanjang 20 meter dan menutupi jalan. "Penyebab curah hujang memicu tanah longsor akibat peresapan air dan beban masa tanah dengan kemiringan lereng 30-35 derajat," kata dia. Mengantisipasi kejadian lagi, BPBD Kuningan memasang rambu rawan longsor di sejumlah titik.
DEFFAN PURNAMA
Berita Lain
Kronologi Penembakan di Rumah Amien Rais
Yusril Ihza Kritik Tiga Kartu Jokowi
Dubes AS: Menteri Susi Tangguh
Berita terkait
Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara
7 Maret 2022
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menciptakan alat pemantau longsor. Alat tersebut sudah dipasang di Banjarnegara.
Baca SelengkapnyaLongsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas
20 November 2021
Longsor Banjarnegara pada Jumat malam menimpa dua rumah warga.
Baca SelengkapnyaLongsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol
2 November 2019
Longsor ini menyebabkan dua rumah tertimbun dan satu orang meninggal.
Baca SelengkapnyaLongsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia
2 November 2019
Retakan tanah tersebut berlokasi di sebelah timur rumah yang kemudian tertimbun longsor.
Baca SelengkapnyaLongsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas
25 September 2016
Rumah itu tertimpa reruntuhan tanah dan menewaskan satu orang dan delapan anggota keluarga lainnya luka-luka.
Baca Selengkapnya3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan
19 Juni 2016
Ketiga korban sedang membersihkan longsor saat terjadi
longsor susulan.
Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan
19 Juni 2016
Korban meninggal di Grumbul Wanarata disebabkan tertimbun material longsor susulan saat sedang bekerja bakti menyingkirkan longsoran.
Baca SelengkapnyaLongsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal
19 Juni 2016
Enam orang yang meninggal sudah dievakuasi, sementara satu korban masih dalam pencarian.
Baca SelengkapnyaDarurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada
13 April 2016
Potensi longsor masih ada apabila curah hujan tinggi.
Baca SelengkapnyaLongsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan
31 Maret 2016
Longsoran diperkiraan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah. Sedang lebar longsoran 100 -200 meter.
Baca Selengkapnya