Pertanian di Batu Terdesak Perkembangan Pariwisata
Editor
Endri Kurniawati
Kamis, 16 Oktober 2014 23:50 WIB
TEMPO.CO, Batu - Masyarakat Kota Batu merasa terpinggirkan oleh perkembangam wisata di kota yang terletak di lereng Gunung Arjuna ini. Sejak pariwisata berkembang, lahan pertanian terdesak pembangunan vila, hotel, dan obyek wisata buatan. Padahal, Batu dikenal dengan agrowisata yang menonjolkan sektor pertanian.
"Seharusnya masyarakat dilibatkan dalam sektor pertanian. Promosikan agrowisata bukan obyek wisata buatan milik konglomerat," kata Ketua Suara Perempuan Desa, Salma Safitri Rahayaan, dalam rembuk desa yang diselenggarakan memperingati 13 tahun Kota Batu, Kamis, 16 Oktober 2014.
Menurut dia, pariwisata seharusnya menjual pemandangan alam Gunung Arjuna dan Anjasmara. Serta kesejukan hawa pegunungan dengan aneka jenis tananaman sayur, bunga, dan buah-buahan.
Produksi buah apel yang menjadi unggulan Kota Batu, kata Salma, mulai merosot. Lahan apel terus menyusut. Kualitas produksinya semakin menurun. Buah apel Batu kalah pamor dengan apel asal Poncokusumo, Kabupaten Malang, dan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan.
Pariwisata di Batu dinilai juga tidak memperhatikan aspek lingkungan dan sosial masyarakat. Beberapa tahun terakhir masyarakat berkonflik soal sumber air Umbulan dengan pengusaha hotel The Rayja Resort. Konflik berkepanjangan hingga saling gugat di pengadilan. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ikut turut menyelesaikan masalah itu.
Urusan budaya masyarakat tak pernah diurus. Budaya dan kesenian terbengkalai tak dirawat sebagai andalan wisata. Dalam rembuk desa ini mereka akan menyampaikan persoalan itu kepada Wali Kota Batu Eddy Rumpoko. Harapannya agar pembangunan tetap memperhatikan aspek sosial, lingkungan, budaya, dan kearifan lokal masyarakat.
Eddy mengatakan Batu menjadi tujuan utama investasi di sektor pariwisata. Tahun lalu berdiri tiga obyek wisata baru dan delapan hotel. Total investasi sebesar Rp 300 miliar di Kecamatan Batu, Bumiaji, dan Junrejo. "Tiga tahun terakhir, total investasi mencapai Rp 1,5 triliun."
Investasi mulai masuk sejak 2009. Di antaranya mendirikan obyek wisata, hotel, restoran, dan penunjang pariwisata. Meski investasi sektor pariwisata terus berkembang, warga diminta tetap mempertahankan sektor pertanian. “Pertanian menjadi salah satu andalan dan pengembangan sektor wisata di Batu.” (Baca: Pengunjung Wisata Petik Apel Melonjak)
Tujuannya, agar lahan pertanian tak terus terdesak akibat perubahan alih fungsi lahan untuk kawasan terbangun. Pemerintah Kota Batu, kata Eddy, tetap mempertahankan pertanian menjadi unggulan. Di antaranya dengan menetapkan tata ruang kota untuk menjaga kawasan pertanian tak berubah fungsi.
EKO WIDIANTO
Topik terhangat:
Mark Zuckerberg | Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD
Berita terpopuler lainnya:
Sir Alex Ferguson Sadar Kamera
Di Buku Pep Confidential, Guardiola Buka-bukaan
5 Pemain yang Lebih Hebat daripada Eden Hazard
BBC Madrid Lebih Favorit Ketimbang MSN Barca