Menurut Akbar, jika pernyataan Hashim bersifat pribadi, maka ia diminta bersiap-siap menerima risiko. Jangan beranggapan, kata Akbar, bahwa rakyat Indonesia yang ratusan juta ini mau dibodohi dengan berbagai wacana dan permainan dari suatu kelompok yang sakit hati karena kalah pemilihan presiden. Menurut Akbar, itu menunjukkan sikap picik.
"Tidaklah elok bagi saudara Hashim melakukan serangan balik, yang sebenarnya tidak berdasar, atas alasan sakit hati pada Jokowi yang katanya telah dia bantu dalam kampanye gubernur Jakarta. Berarti kelasnya itu ya segitu saja," kata Akbar.
Akbar mengatakan pada awalnya dia sepakat dengan pemikiran sejumlah tokoh koalisi Prabowo seperti Idrus Marham dari Partai Golkar, bahwa dengan koalisi Prabowo menguasai parlemen dan koalisi Jokowi eksekutif. (Baca: Usai Geger MPR, Mega-SBY Kunci Stabilitas Politik)
Ini akan membuat demokrasi Indonesia semakin sehat. "Antara eksekutif dan legislatif akan terjadi balance of power yang kemudian membimbing kita pada sebuah sistem tata negara di mana para pihak tidak dapat bertindak seenaknya," kata Akbar.
Pada titik yang lain, Akbar melanjutkan, saat ini merupakan momentum yang tepat bagi rakyat untuk melakukan berbagai perbaikan tata negara dalam rangka penguatan di sistem presidensial. "Jadi sikap koalisi Prabowo mana yang sebenarnya harus publik percayai? Apakah Hashim atau Idrus?" kata Akbar.
RIDHO JUN PRASETYO
Terpopuler:
Koalisi Jokowi Sukses Rayu DPD, Siapa Dalangnya?
Zulkifli Hasan, Ketua MPR Periode 2014-2019
Koalisi Prabowo Siap Ajukan Veto untuk 100 Posisi
Pacar Mayang Ternyata Juga Pekerja Seks