TEMPO.CO, Jakarta: Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan pemilihan kepala daerah tidak harus mahal. Dia mengkritik alasan yang digunakan partai-partai Koalisi Merah Putih agar pilkada dilakukan secara tidak langsung atau melalui Dewan Perwakilan Rakyat Derah (DPRD).
Arya menyampaikan pernyataan ini sebagai penolakan pilkada melalui DPRD, seusai menghadiri rapat koordinasi luar biasa Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis, 11 September 2014.
Arya menceritakan pengalamannya ketika terpilih sebagai wali kota Bogor dari Partai Amanat Nasional. Banyak yang menasihatinya bahwa jika ingin mengikuti pemilihan wali kota, maka dia harus mengeluarkan uang sampai Rp 20 miliar.
"Waktu kemudian mencatat, ongkos yang saya keluarkan tidak sampai setengahnya, (hanya menghabiskan) sekitar lima miliar rupiah," kata dia. (Baca: Akbar: Pilkada oleh DPRD Hemat Rp 40 Triliun)
"Jadi kalau bilang pilkada langsung itu mahal, itu tergantung dari strateginya. Dari awal saya mempersiapkan diri. Saya menginap di rumah warga dua tahun sebelum pilkada, 2-3 hari seminggu. Capek memang, tapi murah," kata dia. "Tapi kalau mau nyalon, baru 3 bulan sebelumnya kampanye, itu yang membuat mahal."
Menurut doktor ilmu politik dari Australia National University ini cara yang dilakukannya ini adalah untuk mendekatkan diri kepada rakyat, tidur di rumah penduduk, dan berinteraksi langsung dengan rakyat. Menurut Arya, cara-cara ini lebih efektif dalam kampanye, dan dapat menghemat biaya. (Baca: Gerindra Pertanyakan Survei Pilkada Langsung)
Arya yang merupakan kader Partai Amanat Nasional dan menjadi Wali Kota Bogor untuk periode 2014-2019 ini juga mengatakan dia siap diberikan sanksi oleh partai atas sikapnya ini. "Ya insya Allah gak sampai dipecatlah. Karena saya ikut mendirikan partai ini," katanya. Arya berharap ada proses dialog internal partai terlebih dulu, baik mengenai pandangannya yang berbeda dengan pendirian PAN yang mendukung pilkada oleh DPRD, maupun jika ada sanksi yang diberikan. (Baca: Pemerintah Tidak Akan Tarik RUU Pilkada)
Dukungannya untuk menolak pilkada melalui DPRD ini karena ingin memperjuangkan hak-hak warga untuk berpartisipasi dalam politik. "Karena yang kita butuhkan bukan hanya dipimpin atau dipilih. Kita kita butuh rakyat untuk mengawal kita. Pemilih saya itu saya ingat agar saya dapat menuntaskan janji-janji saya dengan mereka. Kalau tidak dekat dan tidak ingat dengan warga, dan hanya dengan elite, saya khawatir amanah itu tidak tertunaikan," kata Arya.
RIDHO JUN PRASETYO
Terpopuler:
Prabowo Legowo Ahok Keluar dari Gerindra
Surya Paloh Ditanyakan Soal Ahok dan RUU Pilkada
Jokowi Janji Akan Cukur Biaya Rapat Rp 18 Triliun
Jokowi-JK Pakai Mobil Lama, SBY-Boediono?
Gerakan Save Ahok Ramai di Twitter
Berita terkait
Soal Peluang Jadi Menteri ESDM di Kabinet Prabowo, Eddy Soeparno Ikut Arahan Zulhas
7 hari lalu
Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno akan mengikuti arahan ketua umumnya Zulkifli Hasan untuk peluang menjadi menteri di kabinet Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaZulkifli Hasan Sebut Gerindra dan PAN Siapkan Ridwan Kamil Maju di Pilgub Jakarta
7 hari lalu
PAN berencana menjalin koalisi dengan sejumlah partai lain untuk mengusung Ridwan Kamil di Pilgub Jakarta.
Baca SelengkapnyaAlasan PAN Usulkan Nama Yandri Susanto sebagai Calon Menteri Prabowo
7 hari lalu
Nama Yandri Susanto menyusul disiapkan oleh PAN sebagai calon menteri di Kabinet Prabowo. Sebelumnya, ada Eko Patrio.
Baca SelengkapnyaPetinggi PAN Sampaikan Doa Jatah di Kabinet Bertambah, Prabowo: Masuk Itu Barang
7 hari lalu
Petinggi PAN menyampaikan doa politik tentang jatah menteri di kabinet dalam Rakornas partainya di Jakarta, yang dihadiri Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaRakornas Dihadiri Prabowo, Petinggi PAN Doa Dapat Jatah di Kabinet Bertambah
7 hari lalu
Ketua Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay dalam doanya di Rakornas, turut membahas jatah menteri untuk partainya di kabinet Prabowo.
Baca SelengkapnyaAlasan PAN Belum Beri Rekomendasi Emil Dardak Maju dengan Khofifah di Pilkada Jawa Timur
8 hari lalu
PAN belum memberikan rekomendasi kepada Emil Dardak karena Demokrat belum melakukan komunikasi politik dengan mereka.
Baca SelengkapnyaSetelah Eko Patrio, PAN Hembuskan Nama Yandri Susanto untuk Jadi Menteri Kabinet Prabowo
8 hari lalu
Nama Yandri Susanto diusulkan dari kader PAN daerah yang akan mengikuti bimbingan teknis (bimtek) dan Rakornas Pilkada pada hari Kamis ini.
Baca SelengkapnyaPAN Punya 2 Alasan Akan Sodorkan Eko Patrio Jadi Kandidat Menteri Kabinet Prabowo
11 hari lalu
Politikus PAN Eko Hendro Purnomo atau beken sebagai komedian Eko Patrio tengah disiapkan partainya untuk membantu kabinet Prabowo Subianto. Alasannya?
Baca SelengkapnyaSidang Sengketa Pileg di MK: Ribuan Suara PPP dan PDIP Diklaim Berpindah ke Partai Lain
15 hari lalu
PDIP dan PPP mengklaim ribuan suara pindah ke partai lain dalam sidang sengketa Pileg di MK hari ini.
Baca SelengkapnyaKecuali Partai Gelora, Gerindra-Golkar-PAN-Demokrat Buka Peluang PKS Gabung ke Prabowo
18 hari lalu
Sejumlah partai politik yang tergabung dalam KIM membuka peluang PKS untuk bergabung ke Prabowo, kecuali Gelora. Apa alasan Gelora menolak PKS?
Baca Selengkapnya