7 Kecamatan Ini Akan Dapat Sosialisasi PP Aborsi  

Reporter

Kamis, 21 Agustus 2014 04:53 WIB

TEMPO.CO , Yogyakarta: Tujuh area kecamatan di Gunung Kidul akan mendapatkan sosialisasi terbatas mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Tujuh kecamatan itu akan mendapatkan penjelasan mengenai aturan baru yang di dalamnya membahas mengenai legalisasi aborsi bagi wanita korban pemerkosaan. (Baca:LPSK: Aborsi Hak Korban )

Kepala Bidang Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan Masyarakat,Perempuan, dan Keluarga Berencana Kabupaten Gunung Kidul Wijang Eka Aswarna mengatakan, tujuh kecamatan itu berada di Gedangsari, Semin, Karangmojo, Patuk , Semanu, Playen, dan Ngawen. “Tapi kami tunggu keputusan kapan sosialisasi bisa dilakukan,” kata dia. (Baca:PP Aborsi Abaikan Proses Edukasi)

Namun rencana sosialisasi PP aborsi itu ternyata belum semua diterima pejabat pemerintahan. “Kami tak berani sosialisasikan itu,” kata Camat Patuk Haryo Ambarsuwardi kepada Tempo, Rabu, 20 Agustus 2014. Harto menuturkan, PP Aborsi itu datang tiba-tiba. (Baca:Naqsyabandiyah Sampang Dukung Legalisasi Aborsi)

"Ini seperti mengubah kultur, apa yang dulu dianggap salah sekarang harus dilakukan, jadi susah apalagi untuk masyarakat pedesaan,” kata dia. Haryo menilai, peluang aturan itu diterapkan untuk kasus yang tepat seperti untuk korban pemerkosaan, saat ini lebih kecil dibandingkan peluangnya disalahgunakan.

"Belum lagi jika harus berhitung dengan jumlah tenaga medis, rumah sakit di daerah, sampai penegakan hukumnya,” kata dia.

Aktivis Lembaga Kajian dan Studi Sosial (LKDS) Gunung Kidul, Aminudin Azis menuturkan, pemerintah daerah sebaikanya tak perlu buru-buru mengambil langkah seperti sosialisasi ke masyarakat mengingat aturan itu saat ini tengah menjadi polemik dan muncul desakan peninjauan ulang.(Baca:Ulama Menentang PP Aborsi )

“Aturan ini jangan dibawa keluar dulu, cukup disosialisasikan di tingkat internal agar jelas segala petunjuk teknisnya seperti apa,” kata dia. Menurut Azis, justru saat pemerintah daerah tergesa atau sepotong dalam menyampaikan aturan itu, tingkat kesalahan persepsi di masyarakat tinggi.

“Kalau persepsinya beda-beda, potensi penyalahgunaan aturan itu ikut tinggi,” ujarnya. (Baca:Dokter Tolerir Aborsi Korban Pemerkosaan Sedarah)

PRIBADI WICAKSONO

Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi


Berita terpopuler lainnya:
Bandel, Ahok Punya Cara Jebak Uber App/Uber.com
Jokowi Ingin Makan Krupuk, Pengawal Melarang
Prabowo Minta Ibu-ibu Siapkan Dapur Umum

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

4 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

7 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

13 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

13 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

23 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

40 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

41 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

7 Maret 2024

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya