BPK Kritik Laporan Dana Kemanusiaan Aceh

Reporter

Editor

Kamis, 31 Maret 2005 16:31 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution mengkritik laporan dana kemanusiaan Aceh dan Nias. Saat ini, proses audit sedang berjalan sehingga belum bisa memberikan penilaian. Hal itu dikatakan dalam jumpa pers usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (31/3), Menurut Nasution, soal dana bantuan Aceh ini, awal Januari BPK menulis surat kepada Presiden untuk menggunakan aparat pengawasan internalnya, seperti inspektur jenderal, Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP), atau badan pengawas daerah. "Nah kita sudah tahlilan 40 hari atas korban tsunami, tapi pembukuan (Menko Kesra) Alwi Shihab pasti Anda ketawain," kata dia. Dengan laporan seperti itu, kata dia, berarti tak ada orang yang membantu Alwi dari kalangan kontrol internal. "Itu kan malu kita. Kalau di negeri yang teratur, datangnya bantuan itu harus sudah dicatat internal controller," kata Nasution.Nasution menambahkan, BPK pada akhir bulan depan akan mengundang negara donor dan negara yang kena tsunami dalam sebuah konferensi di Jakarta. Agenda itu membahas dua hal. Pertama, bagaimana mengaudit di daerah konflik. "Jangan lupa, Aceh ini tidak hanya korban tsunami, 10 tahun lebih daerah konfik karena adanya GAM. Maka itu kami undang bagaiana belajar mereka melakukan audit di daerah konflik dan bencana di sini," kata Nasution.Kedua, BPK minta kepda kolega negara yang penrah menjadi korban tsunami serta negara donor untuk melakukan audit bersama dengan mereka atas bantuan kemanusiaan di daerah konflik. "Yang jangan lupa rasa percaya dunia internasional saat ini buruk sekali. Bantuan itu dibuat dalam trust fund, artinya bisa diuangkan kalau dia yakin kalau itu tak ditilap. Ini yang perlu kita ingat," tegas Nasution. Ditambakannya, saat ini BPK belum selesai melakukan audit sehigga belum bisa memberikan penilaian. Saat ini pihaknya juga mengirimkan beberapa orang ke Aceh. "Kita dengan bantuan DPR akan buka perwakilan segera di Banda Aceh agar segera bekerja setelah rehablitasi berjalan," tambahnya.Untuk penilaian umum, kata dia, BPK memberikan tiga catatan perbaikan soal ini. Pertama, organisasi kita amburadul. Sebab, banyak penguasa di daerah tersebut. Selain Alwi Shihab sebagai pelaksana Bakornas, ada Kapolda sebagai penguasa daerah sipil, utusan Panglima TNI Mayjen Bambang Dharmono dan Wakil Gubernur Aceh. Dia menilai, koordinasinya kurang bagus. Kedua, keahlian teknik perlu diperbaiki dalam menangani bencana seperti ini. Ketiga, peralatan terbatas. Dia berharap hal seperti ini, termasuk soal lemahnya laporan dana kemanusiaan, tidak terulang.Abdul Manan dan Sunariah

Berita terkait

Syahrul Yasin Limpo Irit Bicara Usai Diperiksa soal Auditor BPK Minta Rp12 Miliar Demi Opini WTP

1 jam lalu

Syahrul Yasin Limpo Irit Bicara Usai Diperiksa soal Auditor BPK Minta Rp12 Miliar Demi Opini WTP

BPK meminta keterangan Syahrul Yasin Limpo berkaitan kesaksian anak buahnya soal ada auditor BPK meminta uang agar Kementan dapat opini WTP

Baca Selengkapnya

Suap demi Predikat WTP dari BPK

1 hari lalu

Suap demi Predikat WTP dari BPK

Suap demi mendapatkan predikat WTP dari BPK masih terus terjadi. Praktik lancung itu dinilai terjadi karena kewenangan besar milik BPK.

Baca Selengkapnya

Kolega Achsanul Qosasi Mengaku Tak Tahu Soal Sandi Garuda dalam Korupsi BTS Kominfo

2 hari lalu

Kolega Achsanul Qosasi Mengaku Tak Tahu Soal Sandi Garuda dalam Korupsi BTS Kominfo

Sadikin Rusli mengaku tidak mengetahui kode 'Garuda' digunakan untuk Mantan Direktur PT Multimedia Berdikari Sejahtera dalam korupsi BTS Kominfo.

Baca Selengkapnya

Sidang Korupsi BTS: Ada Usaha BLU Kominfo Hilangkan 17 Temuan BPK

2 hari lalu

Sidang Korupsi BTS: Ada Usaha BLU Kominfo Hilangkan 17 Temuan BPK

Pertemuan itu terjadi di ruang kerja Achsanul Qosasi di Kantor BPK.

Baca Selengkapnya

Achsanul Qosasi Sewa Rumah di Kemang untuk Simpan Uang Suap Rp 40 Miliar Kasus BTS

3 hari lalu

Achsanul Qosasi Sewa Rumah di Kemang untuk Simpan Uang Suap Rp 40 Miliar Kasus BTS

Mantan anggota BPK Achsanul Qosasi mengaku menyewa rumah di Kemang khusus untuk menyimpan uang suap Rp 40 miliar kasus BTS.

Baca Selengkapnya

Auditor BPK Disebut Minta Rp 12 Miliar untuk Menerbitkan WTP Kementerian Pertanian era Syahrul Yasin Limpo

8 hari lalu

Auditor BPK Disebut Minta Rp 12 Miliar untuk Menerbitkan WTP Kementerian Pertanian era Syahrul Yasin Limpo

Permintaan itu agar Kementerian Pertanian mendapat predikat WTP dari BPK karena ada kejanggalan anggaran proyek food estate era Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Kabupaten Batanghari Raih Predikat WTP Ke-9

8 hari lalu

Kabupaten Batanghari Raih Predikat WTP Ke-9

Kabupaten Batanghari raih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) ke-9, di Auditorium Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Provinsi Jambi, pada Selasa, 7 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Saksi Akui Diminta Sewa Pesawat Rp 1,4 Miliar untuk Kunjungan Kerja Syahrul Yasin Limpo ke Maluku dan Anggarkan Beli 12 Sapi Kurban

9 hari lalu

Saksi Akui Diminta Sewa Pesawat Rp 1,4 Miliar untuk Kunjungan Kerja Syahrul Yasin Limpo ke Maluku dan Anggarkan Beli 12 Sapi Kurban

Hermanto diminta untuk menyediakan uang di luar anggaran Kementerian Pertanian untuk membeli sapi kurban buat Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

17 hari lalu

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

Manajemen BRIN angkat bicara soal adanya perintah pengosongan rumah dinas di Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan.

Baca Selengkapnya

Anggota Dewan Sebut Program Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM Abal-abal, Harus Diaudit BPK

52 hari lalu

Anggota Dewan Sebut Program Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM Abal-abal, Harus Diaudit BPK

Program rice cooker gratis merupakan proyek hibah untuk rumah tangga yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2023.

Baca Selengkapnya